#53

194 13 10
                                    

Malam terasa semakin panjang. Bintang gemerlap di langit gelap sebagai cahaya dalam kegelapan. Sanga indah.

Tempat ini memang indah sejak awal pertama datang ke sini. Ditambah dia bertemu dengan orang yang selama ini ingin dia temui.

Tapi keindahan itu hanya sesaat. Orang yang dia temui sudah berbeda. Maksudnya, sudah tidak semenyenangkan dulu saat bertemu dengannya. Sudah tidak ada banyak kupu-kupu yang berterbangan di perutnya. Sudah berbeda rasa meski orangnya sama. Iqbal yang biasa dia sebut dengan Bale.

Jawaban yang dia dapatkan tetap tidak terjawab di dunia antah berantah ini. Bahkan, Uswa yakin bahwa dunia yang dia pijak bukan dunia yang sama seperti yang biasa dia tinggali dulu. Dulu? Sudah berapa lama dia tinggal disini. Uswa tidak menghitungnya. Dia kelewat senang bertemu dengan orang yang dia rindukan setelah sekian lama.

Tapi memang benar ya. Saat kamu senang, apapun tidak akan kamu ingat selain penyebab kamu senang. Tapi saat kamu sedih, kamu akan ingat segalanya. Segalanya termasuk bahwa waktu terus berputar tidak terasa. Karena saat kamu senang, kamu akan berharap waktu akan berhenti untuk selamanya. Tapi kamu lupa bahwa, sedih dan senang seimbang dan terus berputar.

Back to topic.

Uswa ingin pulang. Dia merindukan keluarganya di sana. Dia merindukan kegiatannya yang dulu. Tidak di sini yang hanya mengandalkan kekuatan Bale sehingga menciptakan ilusi yang nyata. Yang hanya bisa terlihat tanpa bisa di pegang. Karena sejatinya, yang ilusi tetaplah tidak nyata.

Uswa ingin pulang. Bukan Bale yang dia rindukan. Dia hanya merindukan saat-saat dimana ada seseorang yang bisa membuat dia bahagia meski orang itu hanya bernafas. Iya, dia merindukan situasi itu. Tapi tidak dengan Balenya.

Tapi sayangnya, dia tidak tahu bagaimana arah pulang. Lewat mana, arah kemana, naik apa. Apakah hanya jalan kaki saja sudah cukup membuatnya bisa kembali ke rumah? Dia tidak tahu. Dia tidak mengenali dunia yang dia pijak sekarang. Terlebih jika diingat-ingat lagi, bagaimana bisa dia bisa sampai disini. Tiba-tiba disini. Bertemu dengan orang yang dia cintai saat SMP dulu. Bagaimana bisa? Apa yang terjadi dengan dirinya. Dan dimana letak dunia yang dulu dia tinggali.

Uswa harus kembali. Dia tidak ingin terjebak oleh waktu di dunia ini.

Saat berbalik, terlihat Iqbal dengan posisinya yang seperti telihat sudah akan menebak bahwa Uswa akan menghampirinya.

Uswa tidak peduli tentang hal itu. Dia langsung berlari menghampiri Iqbal. Tapi tidak tergapai. Semakin dia berlari dengan kencang, semakin jauh Iqbal utuk dia gapai. Perasaan tadi jaraknya dengan Iqbal dekat. Tapi kenapa tidak kunjung sampai.

Uswa berhenti sambil menarik napasnya dalam-dalam sambil menyeka keringat di dahinya. Tapi dengan kedipan mata, Iqbal di depannya. Seseorang yang dia kejar sampai dalam keadaan yang basah kuyup dengan keringat tiba-tiba ada di depannya.

Uswa terkejut. Lebih tepatnya dia heran dengan dunia ini. Iqbal yang tiba di depannya, langi yang indah sesuai ekspetasinya. Dunia ini terlalu indah untuknya sekarang yang hanya ingin hidup tenang.

"Kamu siapa?" pertanyaan itu muncul dari bibir Uswa setelah berhasil mengendalikan keheranannya.

"Aku Iqbal, kamu lupa? Barusan tadi kita bertengkar," jawab Iqbal.

"Bukan itu maksudku," tolak Uswa.

"Tidak ada yang berubah, Us. Disini kamu yang berubah," ucap Iqbal.

"Aku tidak peduli aku. Aku tanya kamu, kamu siapa?" tanya Uswa sekali lagi.

"Perlu aku bilangin berapa kali, Uswa? Aku Iqbal. seperti yang kamu lihat," jawab Iqbal sekali lagi.

Dalam DiamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang