Happy reading ...
"Iqbal di sini kenapa enggak ajak-ajak?" tanya Uswa.
"Kita sudah pisah kan?" tanya balik Iqbal.
Uswa terkejut dengan pertanyaan balik Iqbal. Dan hanya bisa menatap nanar mata yang pernah jadi pusat semestanya.
"Hm, iya. Kita udah pisah dulu. Bahkan mungkin sampai sekarang," jawab Uswa.
"Iya Us. Sampai sekarang," balas Iqbal.
Uswa kembali memperhatikan sekitar. Dia memejamkan mata sembari menikmati angin lembut menyapa wajahnya. Meski di pikirannya berbeda. Dia berusaha kembali memutar memori kebersamaannya saat SMP dengan Iqbal.
'Kesini dong Iqbal, lihat aku lomba,'
Atau,
'Semangat ya Bal. Lakuin yang terbaik. Ini lomba pertama kamu,'
Atau,
"Sudah cukup Us bernostalgianya," ucap Iqbal memutus kegiatan Uswa.
"Maksudnya?" tanya Uswa tidak paham.
"Aku bisa tahu apa yang kamu pikirkan," jawab Iqbal.
"Iyakah? Sejak kapan kamu bisa baca pikiran?" tanya Uswa mendekat ingin tahu.
Melihat tingkah perempuan sebelahnya ini yang tidak tahu malu berani-beraninya tetap mendekat padahal sebenarnya mereka sudah dikatakan orang asing jika dihitung dari sudah berapa lama mereka tidak bertemu.
"Sejak aku tinggal di sini," jawab Iqbal.
"Ah, begitu. Aku enggak percaya. Aku mau tes kamu. Coba tebak apa yang ada di pikiranku," ucap Uswa.
Lalu dia memejamkan mata dan berpikir, 'Sudah lama kita enggak berbincang seperti ini,'
"Sudah lama kita enggak berbincang seperti ini. Aku tahu meski kamu membuka matamu. Enggak perlu di tutup seperti itu," ujar Iqbal sambil menatap bawah tebing yang tidak terlihat dasarnya.
Uswa membuka matanya dan menampilkan sederet giginya sambil menatap Iqbal.
"Mau lagi sambil aku enggak tutup mata. Tebak yang ini," ucap Uswa sambil menatap ke depan dan memikirkan, 'Hebat banget kamu bisa baca pikiran aku,'
"Hebat banget kamu bisa baca pikiran aku. Itu perihal mudah Us," ujar Iqbal mengikuti arah mata Uswa memandang.
Lalu keduanya beralih saling tatap.
"Lalu coba baca pikiranku yang ini," ucap Uswa tetap menatap mata Iqbal.
'Aku kangen kamu Bale.'
Iqbal fokus menatap mata lawannya itu. Dia kalah telak. Terlihat bola matanya menatap mata gadis itu dengan nanar. Seperti bergetar. Mencari celah apakah yang dia baca itu berbohong atau tidak. Dan berusaha menjawab apa yang ada di pikiran gadis ini. Meski tidak akan mungkin Uswa mengerti apa yang dipikirkannya. Uswa tidak akan bisa melakukan hal persis yang dia lakukan kepada gadis ini.
"Kamu enggak balas ucapan aku," ucap Uswa sambil membuang wajahnya. Memutuskan kontak mata terlebih dahulu.
"Kamu enggak bisa baca pikiranku kalau aku natap mata kamu. Kamu enggak bisa baca semua yang ada di pikiranku," lanjutnya.
"Hm," jawab Iqbal berdehem.
"Itu artinya masih ada beberapa hal yang bisa aku rahasiakan darimu. Cukup aku natap mata kamu lalu aku akan menyebutkan pikiranku yang tidak boleh kamu ketahui. Maka masalah selesai. Aku enggak perlu khawatir kamu akan tahu pikiranku itu," jelas Uswa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diamku
Любовные романыPerbedaan selalu ada meski dengan manusia sempurna sekalipun. Ya meskipun manusia enggak ada yang sempurna. Lantas apakah memaksakan perbedaan itu benar? Tapi memang perbedaan ada bukan untuk menjadi alasan perpisahan bukan? Tapi bagaimana jika perb...