Part 16

54 60 0
                                    

Pria setinggi 191 cm dengan rambut coklat pendek yang terlihat memutih, tapi masih terdapat karisma di wajahnya sedang memperhatikan dan mengawasi beberapa orang di sekitar Marcus yang masih berbicara dengan beberapa orang yang tak jauh darinya. Pria itu tampak baru saja tiba di ruangan tersebut untuk menemui pria berjas dengan rambut coklat kepirangan yang beberapa sudah menjadi silver itu.

Marcus yang tengah berbicara di obrolan bersama beberapa manusia, langsung menghentikan percakapanya ketika dia melihat Ian yang sedang berdiri menunggunya.

"Maaf, aku permisi sebetar. Aku punya sesuatu yang sangat penting untuk diurus." Kata Marcus sambil meninggalkan ruangan dan menghampiri Ian.

"Ian. Lama tak melihatmu sejak saudaramu sudah mencoba membunuhku beberapa kali." Kata Marcus sambil berjalan ke arah taman.

Ian hanya diam ketika masih ada orang-orang disekitar mereka, namun ketika mereka sudah sampai ke taman yang sepi wajah serius Ian pun langsung berubah menjadi ceria.

"Masih hidup saja kau, Marc? Apa tidak sekalian ke surga?" Canda Ian sambil merangkul sahabatnya dan memukul punggungnya pelan.

"Lama tak melihatmu, tapi kenapa kamu semakin berengsek? Kamu terlihat tak tergores sedikit pun, tapi kamu tampak lebih tua." Balas Marcus

"Jadi kamu memilih menjadi detektif yang menangani masalah manusia? Menjijikkan." Kata Ian sambil duduk di salah satu bangku putih dengan meja bundar disebelahnya.

"Menjadi detektif adalah pekerjaanku di dunia manusia sejak dulu. Setidaknya itu lebih baik daripada kamu sendiri yang bergabung untuk menjadi bagian dunia gelap yang penuh dengan kekerasan." Sindir Marcus yang juga duduk di bangku putih sehingga mereka kini saling berbincang secara berhadapan.

"Permainan pikiran adalah kelebihanmu. Kekerasan adalah keahlianku. Jika kau menyuruhku menjadi detektif, mungkin semua suspek sudah mati saat aku kehilangan kesabaran." Balas Ian sambil melepaskan dasi hitam miliknya sendiri, karena Ian merasa benda itu sudah mencekik lehernya, lalu Ian memasukkannya ke dalam sakunya.

"Mungkin kamu harus mencoba permainan pikiran itu." Ucap Marcus

"Dengar, selagi aku masih baik padamu. Lebih baik kamu katakan dimana dia." Kata Ian sambil tersenyum, tapi dengan wajah meremehkan Marcus.

"Santailah Ian. Semenjak kamu bergabung dengan dunia gelap ini. Kamu menjadi lebih sulit diajak bicara." Kata Marcus

"Kamu tahu kalau aku hanya bercanda, kan? Aku tidak akan membunuhmu." Kata Ian

"Uang yang kau bicarakan... semuanya berkaitan dengan orang itu?" Tebak Marcus

"Iya."

"Aku sudah menduga kamu akan menanyakannya. Jadi, aku sudah mempersiapkannya." Kata Marcus sambil memberikan sebuah berkas kepada Ian.

"Kau yang terbaik, Marky." Kata Ian sambil bangkit berdiri dan melangkah pergi meninggalkan Marcus yang kini duduk sendirian.

"Ughhh... aku benci nama itu." Kata Marcus

"Oh iya! Aku hampir lupa!" Kata Ian sambil mengeluarkan sebatang emas dari balik jasnya dan melemparkannya pelan ke arah Marcus dan pria ith dengan cepat langsung menangkapnya.

"Terimakasih Rodriguez."

***

Ian berjalan cepat ke beberapa penjaga yang menjaga bagian luar rumah yang lumayan besar itu.

"Hei! Apa-apaan ini?!"

"Kau tidak bisa masuk kesini sembarangan!"

"Minggir! Singkirkan wajah kalian dari pandanganku!" Kata Ian kepada penjaga yang mau menghalanginya masuk menuju gerbang halaman taman sebuah rumah.

Project XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang