Athena's POV
Namaku Athena Hernandez, gadis berambut pirang serta bermata coklat, setinggi 165 cm, dan berusia 16 tahun. Ayahku yang berusia 42 tahun bernama Martin Hernandez sedangkan ibuku yang berusia 39 tahun bernama Sophia Hernandez. Awalnya, kami semua tinggal rumah yang lumayan besar di kota Detroit, kota yang menjadi raja industri otomotif Amerika Serikat. Ayahku bekerja di perusahaan mobil Ford di Detroit, sedangkan ibuku adalah seorang akuntan di suatu perusahaan. Tetapi, karena mereka sering fokus pada pekerjaan. Jadi, mereka sering meninggalkanku sendian di rumah yang terletak di sebuah kota yang dekat dengan San Fransisco.
Sebagai anak satu-satunya, tentunya aku dituntut untuk menjadi yang terbaik dan menjadi lebih sukses daripada mereka. Tapi nyatanya, aku tidak mau menjadi seperti mereka, karena aku bahkan tidak tahu mau menjadi apa saat dewasa nanti. Aku selalu berharap agar aku selalu menjadi anak-anak dan tidak memikirkan apapun, hanya selalu hidup dalam dunia khayalanku yang kutulis di sebuah buku. Mungkin saat dewasa nanti, aku ingin menjadi penulis buku novel daripada harus menjadi akuntan atau bekerja di sebuah perusahaan otomotif.
Saat di taman kanak-kanak semua anak menggangguku, dan menjauhiku. Karena aku berbeda, terkadang aku bisa melihat bayang-bayang dan makhluk menyeramkan yang mereka tak bisa lihat. Kurasa, bayang-bayang itu adalah jiwa seseorang yang rusak, penasaran dan jiwa yang tersesat. Aku bisa menyerang seseorang dengan bayangan jiwa itu.
Lama-kelamaan tanpa aku sadari aku membuat salah satu bayangan tidak sempurna itu. Dia bernama Zeral. Dia berwujud bayangan hitam berbentuk serigala. Aku tidak selalu bisa melihat wujudnya, tetapi aku selalu mendengar suaranya. Setiap kali sesuatu yang buruk terjadi. Dialah yang menghiburku, dan memberikan solusinya, yaitu pembalasan dendam. Biasanya jika dia dalam masalah dia selalu membantuku. Tidak selalu tapi sering. Dialah yang selalu menghiburku saat aku merasa terpuruk, sedih, dan marah. Dia selalu bilang bahwa mereka yang menyakitimu akan menderita dan mati dengan cara yang sadis. Dia bilang semuanya, akan baik-baik saja. Hanya menunggu waktu untukku agar bertumbuh dewasa agar bisa membalas mereka. Terkadang jika aku tak bisa membalas hal jahat yang mereka lakukan padaku, dan aku masih sangat marah pada mereka tetapi aku tidak tahu bagaimana cara melampiaskannya kepada mereka. Maka, Zeral selalu memintaku untuk membayangkan orang-orang itu mati dengan cara yang sadis dan mengenaskan. Dan entah kenapa ketika dia menghiburku, aku merasa lebih baik, lega, dan senang. Terkadang aku tertawa membayangkan mereka mati.
Ketika usiaku bertambah dewasa, aku semakin memiliki banyak teman. Namun, semakin banyak aku memiliki teman, Zeral lama-kelamaan semakin jarang berada di sekitarku. Aku juga jarang mendengar suaranya lagi. Dia hanya muncul ketika aku merasa hampa, bersedih, dan marah. Tetapi lama-kelamaan aku semakin merasa bahwa meskipun aku memiliki banyak teman, aku selalu merasa sendirian dan kesepian. Di saat itulah Zeral menghiburku seperti menyuruhku untuk menggambar ataupun menulis cerita yang kusukai agar tidak merasa sendirian. Dia juga terkadang menyuruhku menonton sebuah kartun ataupun menonton pertandingan baseball agar tidak merasa hampa. Seakan-akan dia selalu mengalihkan perhatianku agar tidak merasa terpojok.
Selama 16 tahun, banyak hal-hal menyedihkan dan menyenangkan yang terjadi padaku. Tetapi daripada hal-hal baik yang terjadi padaku, aku lebih mengingat banyak hal buruk dan kesalahan yang terjadi padaku.
Seperti aku bertemu dengan sahabat pertamaku, sekaligus cinta pertamaku. Mungkin?
Aku bertemu dengannya saat usiaku 13 tahun, dia sahabatku sendiri. Dia selalu baik padaku dan aku juga selalu lebih baik padanya juga. Kami selalu menghabiskan waktu bersama dalam waktu yang cukup lama. Sampai pada akhirnya waktu yang kami lalui terasa cepat. Tapi ternyata, dia baik padaku karena dia menganggapku sebagai adiknya. Aku tidak mengetahuinya dengan pasti. Tapi dia selalu memperlakukanku seperti seorang adik. Saat itu juga teman-temanku juga sibuk dengan kekasih mereka masing-masing. Jadi selama liburan aku menghabiskan liburanku dengannya. Meski sedikit menyakitkan jika dianggap hanya sebagai adik oleh orang yang kusukai, tapi aku selalu punya harapan. Entahlah, aku takut merusak persahabatan. Aku tidak tahu akan memilih cinta atau persahabatan. Jika aku bilang padanya aku menyukainya. Aku berfikir, bagaimana jika kami tidak memiliki perasaan yang sama, dan kami akan menjadi canggung, mungkin kami tidak akan bisa seperti dulu lagi jika aku mengatakan perasaaanku padanya. Jadi, mungkin aku tak akan pernah memberitahunya. Aku selalu menyangkal di hadapan semua orang kalau aku menyukainya. Aku mungkin tidak akan beritahu rahasia terbesarku ini kepada seorang pun. Lagipula, ada seorang gadis bernama Rachel dia lumayan mirip dengannya. Dan, sepertinya mereka saling suka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Project X
Fiksi IlmiahDi dalam markas-markas tersembunyi, manusia yang tinggal di laboratorium sejak bayi menjadi subjek bahan percobaan untuk membangun era baru, manusia yang lebih kuat. Untuk menjadi kuat dan mendapat kekuatannya, mereka harus menjalani berbagai pender...