#18 Black Rose

12.6K 841 11
                                    

Sesuai janji, readers yang aktif aku kasih dedicate sebagai apresiasi dariku.

ariasty96

VieLivinamaya
@fjryul

Terima kasih banyak ya atas vomment nya, terutama ariasty96 yang selalu memerhatikan detail cerita di setiap part :)

.:LEMONADE:.

Siang itu Vanta dan Jessi sudah tidak ada kelas lagi. Setelah insiden soft drink yang menyebalkan, mereka berdua segera meninggalkan kampus. Untungnya Vanta punya sahabat yang berbaik hati mau mengantarnya. Dia nggak sudi kalau harus menerima tawaran Alvin setelah apa yang dilakukan cowok itu padanya. Mempermainkan kepercayaannya yang sudah mulai merangkak naik perlahan dan menjatuhkannya begitu saja.

Dasar cowok iblis!

"Ayo Jes, ikut naik dulu," ajak Vanta yang meminta Jessi mengantarnya ke apartemen Kak Oka, kakaknya.

"Ih, nggak enak gue. Masa tiba-tiba nimbrung ke rumah orang?" Jessi masih duduk di dalalm mobil.

"Nggak pa-pa, lagian kakak gue tinggal sendiri kok. Jadi nggak bakal ada yang peduli gue ajak siapa juga."

"Hmm, sebentar aja ya?"

Rencananya mereka ingin pergi jalan-jalan ke mal setelah ini, demi menepati janji Vanta waktu itu pada Jessi. Tapi nggak mungkin dia terus-terusan pakai kemeja kelonggaran milik temannya Alvin. Kebetulan apartemen kakaknya lebih dekat dari kampus ketimbang rumahnya. Dia juga sering main ke tempat kakaknya meninggalkan pakaian di sana. Jadi, di sinilah mereka. Tiba di depan pintu salah satu kamar di lantai 12.

"Kak Okaaa!" teriak Vanta memanggil kakaknya.

Tak lama pintu terbuka, menampakkan wajah Oka yang langsung berceletuk.

"Kayak di hutan aja kamu pake teriak-teriak segala. Ada bel tuh, jaman udah canggih."

"Iya, iya. Ata mau masuk dulu dong, mau minum. Oh iya, Ata ajak temen nih. Cuma sebentar kok, mau ganti baju aja."

Jessi menyunggingkan seulas senyum kaku ketika Oka melirik ke arahnya. Berusaha bersikap sopan, ia menyapa, "Halo, kakaknya Vanta. Aku Jessi..."

"Oh ya, saya Vodka."

"Nggak usah sok imut Jes, ayo masuk," tutur Vanta yang sudah menyelonong masuk lebih dulu.

"Heh, jadi anak cewek ya harus gitu. Nggak kayak kamu pecicilan di rumah." Sambil mempersilakan Jessi masuk, Kak Oka bergeser.

"Mana ada sih, Ata paling baik lembut gini." Lalu beralih ke Jessi. "Sini Jes, duduk aja di sofa. Gue mau ganti baju dulu ya,"

Tidak butuh waktu lama untuk Vanta berganti kaus. Keluar dari kamar dia langsung menuju kulkas mengincar sebotol minuman dingin milik kakaknya. Dia menuangkannya ke gelas untuk Jessi dan dia sendiri.

"Gimana kuliah kamu?" tanya Oka ketika Vanta memberikan satu gelas pada Jessi.

"Lancar..." Diteguknya gelas jus miliknya hingga habis tak bersisa. "Gimana kerjaan kak Oka?"

"Lagi ada proyek baru nih."

"Website untuk perusahaan asing lagi?" tanya Vanta menyusul duduk di sebelah Jessi.

"Iya, semacam itu. Tapi kali ini tim kami harus kerjasama dengan partner pilihan mereka. Katanya sih web designer-nya masih baru, tapi sukses menarik perhatian mereka. Kak Oka juga sempat liat portfolionya, memang bagus-bagus."

"Oh ya? Partnernya dari Indo juga? Atau orang asing?"

"Yang satu dari Singapur, web designer-nya nggak tau dari mana. Masih misterius..."

"Ohh..." Vanta membulatkan bibirnya. "Ata mau liat dong web orang itu kayak gimana? Jadi penasaran."

"Sebentar, Kak Oka ambil laptop dulu." Vodka beranjak dan menuju ke kamarnya. Tidak lama ia kembali membawa laptopnya. "Nih," diletakkannya laptop pada meja di depan Vanta.

Dengan semangat Vanta mencondongkan badannya mengambil alih laptop kakaknya. Jessi yang ada di sebelahnya ikutan kepo.

"Apa Kak, alamat web portfolionya?" Jari-jari Vanta sudah bersiap mengetik.

Oka kemudian menyebutkan alamat website yang diminta adiknya. Saat situs itu tebuka, sepasang mata Vanta membelalak. Web yang didominasi dengan font dan border warna monokrom, terlihat elegan. Namun bukan itu yang membuatnya terperangah. Welcome note yang menyebutkan julukan si pemilik web, "Black Rose". Ditambah dengan ilustrasi yang sekilas mirip dengan lukisan malaikat dan mawar di galeri di bagian 'about'.

Apakah... orang ini orang yang sama dengan si pelukis malaikat mawar yang ada di kampusnya? Tapi sepertinya banyak orang yang menyukai ilustrasi fantasi seperti ini. Mana mungkin itu dia. Batin Vanta.

"Jess...."

"Kenapa Ta?"

"Liat deh."

"Iya ini gue lagi liat," sahut Jessi meraih gelas minumannya.

"Kok mirip ya?"

"Mirip apa?"

"Black Rose." Vanta mengguncang lutut temannya.

"Apaan sih? Nggak paham gue."

"Kenapa?" tanya Vodka begitu melihat reaksi dua orang gadis di depannya.

"Nggak pa-pa, Kak. Siapa namanya?"

"Nggak tau, kami belum dikasih tau."

Kening Vanta berkerut. "Masa orang yang diajak kerja sama aja nggak tau namanya? Emang nggak ada perjanjiannya?"

"Dia nggak ngasih tau. Mungkin dia nggak mau identitas aslinya tersebar di dunia maya, entahlah. Tapi kalau orang yang merekrut dia mungkin tau."

Beberapa saat Vanta menggeser kursor menjelajahi isi halaman website sang web designer dalam keterpakuan. Jessi yang melihat kilatan aneh pada gadis itu menyenggolnya. Hendak mengingatkan rencana jalan-jalan mereka siang itu.

"Ta, ayo. Udah belum?"

"O-oh... Iya. Sorry Jes." Dikembalikannya laptop tersebut pada sang pemilik. "Nih Kak. Ata pergi dulu ya."

"Iya, hati-hati. Jangan pulang kemaleman,"

"Oke...."

Kedua gadis itu pun berpamitan pada Kak Oka. Setibanya di mobil Jessi kembali bertanya mengenai reaksi Vanta di apartemen kakaknya tadi.

"Ta, kenapa sih tadi Black Rose itu? Maksudnya apaan?"

"Itu Jes... lo inget nggak lukisan di galeri yang gue bilang bagus?"

"Hmm... lukisan yang sering lo pandangin sampe mata lo nempel itu?"

Vanta menjawab pertanyaan sahabatnya dengan anggukkan cepat.

"Emang kenapa? Apa hubungannya?"

"Tadi gue liat ilustrasi yang mirip. Dan sebutannya juga Black Rose. Apa mereka orang yang sama? Atau cuma kebetulan?"

Mendengar penjelasan Vanta, Jessi mengerjap bingung. Kenapa cewek ini sampai segitunya kepikiran? Kalau orang yang sama pun, mereka nggak akan kenal kan? Sepertinya orang itu orang yang luar biasa.

"Kenapa lo jadi mikirin mereka orang yang sama atau bukan? Jangan bilang lo jadi terobsesi sama pelukis Black Rose di kampus?"

"Nggak pa-pa, kagum aja. Nggak sampe obsesi, hei... . Tapi kalo bener-bener orang yang sama, ini kebetulan yang mencengangkan sekaligus serem. Tapi gue tetep salut,"

"Jadi yang bener mana sih? Hebat, kagum, serem apa salut?"

"Nggak tau, nano-nano." Vanta terkekeh di sebelahnya.

Di dalam mobil yang melesat menuju kawasan salah satu mal di ibu kota, Jessi bergumam lagi.

"By the way Ta, kok lo nggak bilang punya kakak ganteng?"

LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang