#26 Who is He?

2.8K 303 55
                                    

Semenjak Vanta dan Alvin berbagi cerita mengenai kepahitan masa lalu mereka, kedua orang itu menjadi dekat. Bisa dibilang seperti semut dengan gula. Mereka terlihat sering muncul bersama di kampus. Walaupun sering kali berdebat mengenai hal kecil.

Alvin juga beberapa kali mengantar-jemputnya. Tapi sampai sekarang mama belum mengetahuinya. Setiap kedua orang itu terlihat bersama di kampus, tak sedikit mata yang terarah pada mereka. Tak sedikit pula pandangan sinis para mahasiswi yang dilemparkan pada Vanta. Sedikit banyak mahasiswa-mahasiswi di kampus gempar. Bahkan Jessi yang mendapat label 'sahabat Vanta' pun tidak tahu-menahu ketika beberapa mahasiswi kelasnya menanyakan hubungan Alvin dan 'Cewek Pepsi' itu.

Turut penasaran dengan apa yang terjadi, pada suatu siang Jessi menghampiri Vanta yang duduk sendirian di kantin setelah kelasnya selesai. Ingin memastikan jawaban dari gosip yang didengarnya.

"Ta, ada apa sih lo sama Alvin? Ini gue udah kepo maksimal denger gosip dan pertanyaan dari sana-sini. Sementara gue nggak tau apa-apa."

"Baik-baik aja kok. Emang kenapa?" Vanta yang sedang menekuri laptopnya balik bertanya.

Ini dia yang membuat Jessi terbelalak. Masalahnya, tidak pernah ada istilah baik-baik saja di antara Vanta dan Alvin. Kalau Vanta bilang mereka habis cakar-cakaran sambil manjat pohon kelapa, siram-siraman dengan air comberan, atau lempar-lemparan dengan granat sekali pun, itu malah nggak akan bikin Jessi keheranan.

Lah ini katanya baik-baik aja.

Baik-baik aja loh!

Ini yang aneh dia atau dua orang itu?

"Hah?!" Jessi tidak tahu lagi bagaimana dia harus menyuarakan kebingungannya.

"Kenapa sih teriak-teriak? Gue lagi ngerjain online class."

"Cepetan kelarin! Lo berutang cerita sama gue."

"Iya, iya... bentar," Mata Vanta hampir menempel di layar laptop saking seriusnya menjawab pertanyaan. Online class di kampusnya hanya untuk mata kuliah umum tertentu saja, empat kali kelas online selama satu semester.

Beberapa menit berlalu, Jessi menunggu dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Sampai Vanta akhirnya berhenti mengetik dan helaan napasnya mengudara. Dia dilema, bagaimana harus menceritakan soal Alvin pada Jessi. Karena ceritanya ini bukan hanya menyangkut masalah keluarganya, tapi juga masalah keluarga cowok itu.

"Jadi, gue denger-denger banyak yang liat kalian berdua sesekali ngobrol di kampus. Katanya kalian keliatan akur, nggak ada gencatan senjata lagi. Terus yang lebih unbelievable di kuping gue, ada yang liat kalian ke kampus bareng! Nggak cuma sekali! Weh, ini beneran apa nggak sih? Kenapa gue nggak tau apa-apa? Kok lo nggak cerita siih? Sejak kapan kalian akur? Ini gimana rumusnya?"

Saking keponya, suara Jessi udah nggak kalah deh sama kereta cepat. Vanta sendiri jadi bingung mau jawab yang mana dulu, sampai bawa-bawa rumus segala.

"Sabar, sabar..." Dia mengangkat kedua tangannya, meminta Jessi menarik napas sejenak dan mengembuskannya demi ketenangan batin mereka berdua.

Setelah Jessi mengikutinya, Vanta mencoba bercerita.

"Waktu gue nggak masuk...."

Kalimatnya yang menggantung terhenti ketika seorang teman sekelas Jessi menyapa.

"Duluan, Jes."

Jessi membalasnya dengan anggukkan, tanpa seulas senyum, tanpa peduli. Masih penasaran, ia menarik-narik lengan kemeja Vanta. "Lanjutin, lanjutin!"

"Kemarin itu...."

Untuk kedua kalinya kalimat Vanta terhenti. Kali ini karena sesosok tubuh tinggi menjulang menghampiri mejanya.

LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang