#55 Dumbfounded

1.9K 201 4
                                    

Masih belum sepenuhnya sadar dari keterkejutan, Vanta hanya mengekor langkah Toto. Pikirannya dipenuhi oleh fakta lain tentang Toto yang ternyata adalah pelukis Black Rose.

Bagaimana Vanta membuktikannya?

Dari paraf Toto tadi, Vanta menemukan kemiripan dengan paraf yang ada di lukisan. Dia betul-betul tidak habis pikir. Alvin adalah desainer Black Rose, sementara Toto pelukis malaikat dengan black rose. Selama ini Vanta berada dekat dengan orang yang dikagumi.

"Lo kenapa?" Vanta terperanjat ketika Toto tiba-tiba sudah berdiri di depannya, menunduk memerhatikan raut wajahnya.

"Oh, nggak. Lagi ada yang dipikirin aja."

Ketika mereka berdiri diam berhadapan, sebuah suara lebih mengejutkan Vanta lagi.

"Tata?"

Vanta menoleh ke sumber suara dengan keringat dingin yang mendadak keluar dari pori-porinya. Hanya satu orang yag memanggilnya Tata. "J-jes? Lo ke kampus?"

"Gue mau ACC skripsi." Gadis itu melirik ke arah Toto sekilas, lalu kembali pada Vanta. "Kalian bareng?"

"Lama nggak ketemu," sapa Toto pada Jessi.

Kalau kalian penasaran kenapa Vanta mendadak gemetar canggung, alasannya karena dia belum cerita pada Jessi kalau Toto dan dia cukup akrab di tempat magang. Perihal mereka yang mejanya sebelahan di kantor, juga tentang dia yang kadang pergi berdua dengan Toto untuk pitching atau sekadar makan siang.

Bukan mereka ada apa-apa, tapi murni karena Vanta tidak ada rasa ke Toto dan yakin kalau cowok itu pun sama, cuma menganggap teman. Tapi malasahnya, cowok yang pernah disukai Jessi ternyata adalah Toto. Gadis itu menceritakannya waktu mereka curhat habis-habisan bersama.

Vanta tidak berani bertanya apakah Jessi masih suka pada lelaki itu, karena malah dia yang sekantor dengan gebetan temannya. Dan kalau sekarang Jessi melihatnya jalan dengan Toto di kampus, tahu kalau Vanta bahkan pulang-pergi bareng cowok itu, mau bilang apa dia?

***

"Ta,"

"Hm?"

"Kayaknya Toto suka sama lo, deh," ucap Jessi ketika mereka tinggal berdua.

Rencana Vanta pulang dengan Toto dibatalkan. Lebih memilih tinggal di kampus bersama sahabatnya lantaran sudah jarang bertemu sejak keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Ih, apaan sih?! Ngaco lo, ah. Cuma gara-gara kebetulan dia ada perlu juga ke kampus, masa langsung dibilang suka?" elak Vanta merasa sangat mustahil.

Toto? Suka pada Vanta? Menurut Vanta itu sangat mustahil. Tidak ada yang namanya tanda-tanda Toto dekatin Vanta. Semuanya normal-normal saja layaknya teman kerja, teman kuliah. Kurang lebih seperti Arya, teman kampus yang pernah jadi tetangga masa kecilnya. Tidak lebih.

Kedua tangan Jessi terangkat ke atas meja sembari mencondongkan tubuhnya ke depan. "Gue serius. Waktu kita makan bertiga tadi, dari cara dia mandang lo, rasanya ada yang beda."

"Udah deh, nggak usah ngelantur. Gue sama dia nggak ngerasa ada apa-apa kok. Lo nggak perlu khawatir,"

"Khawatir apaan? Itu udah lewat kali, Ta."

"Jadi sekarang lo udah nggak suka dia lagi?" Keluar juga pertanyaan yang membuatnya penasaran.

Jessi lalu mengangguk mantap. "Iya. Makanya lo nggak usah sungkan buat cerita."

Meski dibilang begitu, tetap saja Vanta merasa tidak enak. Pengalamannya dengan Clarisa dulu membuatnya lebih berhati-hati dengan teman dekatnya.

"Tapi beneran, kami biasa aja kok." Vanta menatap keluar jendela dengan pandangan menerawang. Pikirannya masih bercabang karena identitas Black Rose yang ini dan itu.

LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang