Di akhir pekan yang damai ini, pagi-pagi Vanta harus datang ke apartemen Vodka untuk mengambil multivitamin yang dibelikan kakaknya. Padahal besok-besok masih bisa. Kenapa harus hari ini sih? Niatnya akhir pekan untuk bersantai, kemudian mengerjakan tugas. Malah jadi terinterupsi begitu saja.
Gadis itu mendesah keras, menekan tombol lift naik. Sambil menunggu ia menunduk, mengayun-ayunkan sebelah kakinya, lalu kembali menatap papan petunjuk lantai. Liftnya hampir sampai.
Beberapa detik kemudian pintu lift terbuka. Vanta pun melangkah masuk ke dalam. Ketika pintunya hampir tertutup, seseorang di luar berlari hendak menahan lift. Buru-buru Vanta menekan tombol buka. Tapi betapa terkejutnya dia mendapati seseorang yang ikut masuk ke lift.
Tidak berbeda dengannya, laki-laki itu terperangah sejenak. Lalu berusaha mengontrol ekspresi wajahnya. Vanta bergeser menjauh, mengalihkan pandangan. Dia tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Hanya ada dia dan orang itu di dalam lift.
"Apa... kabar Ta?" sapa laki-laki itu setelah mereka dilahap keheningan beberapa saat.
Ada jeda sebelum Vanta menjawab dengan ragu. "Baik."
"Rambut kamu jadi pendek,"
Kalimat laki-laki itu tidak seperti pertanyaan. Tapi akhirnya Vanta merespon juga.
"Iya...."
Percakapan berakhir. Keduanya kembali diselubungi senyap. Vanta melirik jajaran tombol-tombol lift. Hanya ada satu tombol yang menyala. Jangan bilang mereka turun di lantai yang sama. Jangan bilang mereka...
Detik itu juga denting lift mengagetkannya. Vanta segera keluar, disusul laki-laki itu. Ternyata kekhawatirannya benar. Dalam hati dia mengeluh.
"Kamu ke tempat Kak Oka juga?"
"Ya?" Vanta mengerjap sekali. "Oh, iya."
'Selamat Ta!
Ini adalah hari yang kurang beruntung buat lo.'
Vanta berjalan dengan langkah lebar di depan menuju unit yang sudah sering dikunjunginya. Setelah berhenti tepat di depan pintu, dia mengetuk tiga kali. Pintu itu langsung terbuka, pertanda kedatangannya sudah ditunggu. Dia memang sempat mengirim pesan pada Vodka setibanya lobby apartemen tadi.
"Masuk, Ta..." ujar Vodka, lalu beralih pada lelaki di belakang Vanta. "Eh, Leo udah dateng juga. Kalian bareng?"
"Ya nggaklah!" Ingin sewot bilang begitu, tapi Vanta memilih diam. Dongkol. Kenapa kakaknya malah menyuruh dia datang di hari janjiannya bertemu Leo? Kenapa nggak pilih hari lain, jam lain, tempat lain?
"Nggak, tadi ketemu di bawah," sahut cowok itu tenang. Atau berpura-pura tenang? Vanta tidak mau peduli.
Kalian mau tahu, siapa laki-laki berperawakan tinggi dan gagah ini? Kulitnya yang kecoklatan dengan mata sipit dan lesung pipi di wajah. Membuat pria maskulin itu di saat bersamaan tampak manis dan manly. Dialah Leo.
"Oh, kebetulan dong ya! Kamu dateng lebih cepet, Le?" Vodka mempersilakan mereka duduk.
"Iya Kak. Takut Kak Oka sibuk."
"Wah, jadi mendadak rame apartemen pagi-pagi begini. Kayak reuni," celetuk Vodka dengan polosnya.
Lantaran dia tidak sadar, adik perempuannya sudah mendelik tajam sedari tadi. Ingin cepat-cepat keluar dari sana.
'Reuni?
Nggak salah?!
Dasar Kak Oka jomblo karatan!
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]
Roman d'amourSemula Vanta tidak tahu, kalau satu perlawanannya bakal menjadi masalah serius. Siapa sangka, cowok yang ditantangnya─Alvin─ternyata adalah penguasa kampus! Jadilah mereka musuh bebuyutan. Di mana ada Alvin, itulah saat paling buruk untuk Vanta. Ner...