#44 Momen Baru

2.1K 268 2
                                    


Suasana lorong lantai lima dipenuhi mahasiswa jurusan DKV yang hendak mengumpulkan tugas. Sengaja dibuat satu jurusan berkumpul di satu lantai supaya jurusan lain nggak terganggu dengan berisiknya mereka.

Karena kalau ujiannya hanya pengumpulan tugas, pasti terjadi percakapan heboh di antara mereka. Belum lagi derap berlarian anak-anak DKV yang entah ngapain. Seperti orang-orang ini contohnya.

"Bro, lu tidur nggak?" tanya Hendri pada Arya.

"Tidur dua jam gue. Gila tugas banyak benget, kejar tayang!" Arya menyugar rambutnya dengan raut stres.

"Iya, gue sampe nggak sempet tidur jirrr. Ngantuk banget!"

"Eh, Aneth. Lo udah ngumpulin tugas?" tanya Arya melihat Ranetha di depan kelas.

Gadis itu menoleh. Menggenggam tali tas selempangnya. "Udah barusan," Dengan gaya tenang dan kalem khasnya dia menjawab.

Saat ketiga orang itu mengobrol di antara kerumunan mahasiswa yang lain, Vanta keluar dari kelas.

"Woi Ta! Lo tidur nggak?" Arya langsung menyambutnya dengan pertanyaan.

"Tidurlah, kenapa nggak tidur emang?"

"Wah, dewa sih. Tugas banyak gitu ...."

"Kerjainnya jangan SKS makanya, biar nggak keteteran," celetuk Vanta. "Ya kan, Neth?"

Ranetha hanya balas tersenyum simpul. Mereka kembali bercakap-cakap mengenai UTS selanjutnya. Di tengah obrolan, diam-diam Ranetha menatap ke arah lain. Vanta yang menyadarinya entah kenapa penasaran, mengikuti arah pandang gadis itu.

Kalau tebakannya benar, cowok yang berdiri dalam jangkauan pandang *Ranetha adalah *Valdi. Wajar sih, cowok itu juga sempat membuat kehebohan sewaktu pertama masuk kuliah karena ketampananannya. Mungkin dia akan menjadi The Next Alvin di kampus. Tapi ... kalau tidak salah, Valdi kan sudah punya pacar? Dan pacarnya itu teman Ranetha.

(Yuhuuu, iklan lewat. Baca juga kisah Aneth di cerita "Bukan Simpanan CEO" yaaa. Baru tamat dan trending di GN)

Yah, bukan urusan Vanta juga, sih. Toh semua orang punya rahasia. Sesuatu yang tidak akan selalu berakhir baik jika diberitahu. Lagi pula bisa aja dia yang salah paham.

Sementara itu ketika selesai mengobrol dan mereka hendak turun ke lantai dasar, dari depan lift Vanta mendengar suara berisik beberapa orang. Rusuh, gaduh, bercampur suara tawa.

"Nih bawain tas gue." Hingga suara tidak asing itu terdengar semakin jelas.

"Punya gue juga dong!"

Setibanya rombongan tersebut di pecahan lorong, Vanta menoleh. Berdehem dengan raut jutek, namun buang muka pura-pura tak melihat. Beberapa orang dari kumpulan mahasiswa dan mahasiswi itu sontak menoleh ke sumber deheman.

Dengan salah tingkah Alvin buru-buru menarik tasnya dari Nathan. "Eh, Vanta ...." Tersenyum lebar ke arahnya.

Resek memang si Alvin ini. Begitu dia sedang tidak ada kerjaan atau saat sedang bosan, saraf-saraf kejahilannya seolah bergerak cepat ke posisi 'on'. Usilnya nggak ada obat, harus ada penawarnya. Dan itu Vanta.

Vanta menoleh sedikit, melirik malas. "Nggak tobat-tobat," desisnya datar.

Tentu saja sebagai cowok sejati yang baik dan penyayang, Alvin nggak mau pacarnya marah. Dia menghampiri sang kekasih. Berdiri di belakangnya mengacak pelan rambut Vanta.

"Becanda doang, kok. Becandaaa ...," kilah cowok itu menyeringai lagi.

Teman-teman Vanta dan para kating yang ada di sana memerhatikan mereka dengan tatapan terkesima. Kebanyakan anak semester satu melongo, karena tahu betul siapa Alvin.

LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang