Sebelum baca part ini, pastiin kamu sendirian dan ada di ruang tertutup.
Ingat! Harus sendiri!
=================
Sesuai rencana, hari ini mereka akan mengerjakan tugas di rumah Alvin. Sebelum berkutat dengan pekerjaan masing-masing, keduanya sepakat untuk mampir ke supermarket. Membeli makanan ringan sebagai teman pendamping mereka.
Kalau Vanta tidak bertemu Raffael, mungkin dia akan canggung pergi ke sana. Tetapi beliau sendiri yang berkata agar Vanta sering-sering berkunjung. Jadi tidak ada salahnya menerima tawaran Alvin. Mengingat rumahnya super luas dan pasti ada tempat yang lebih nyaman untuk membentangkan kertas gambar ukuran besar.
Kemarin ayahnya Alvin sama sekali tidak bertanya maupun berkomentar tentang hubungannya dan Alvin. Apa beliau tahu kalau mereka berpacaran? Jika Raffael selama ini terus mengawasi Alvin, pasti ada kemungkinan beliau sudah tahu.
Selesai belanja, Alvin mengajak Vanta ke salah satu kedai milk tea di mal. Karena cukup ramai, cowok itu menyuruh Vanta duduk dengan kantong belanjaan mereka. Sementara Alvin pergi mengantri. Suasana hati Vanta yang saat itu sedang baik tiba-tiba anjlok melihat seseorang yang dikenalnya. Sama dengannya yang sadar dengan kehadiran gadis itu, dia juga menoleh ke arah Vanta. Kontan wajahnya berubah keruh.
"Kita ketemu lagi," sapa Clarisa menghampiri meja Vanta. "Gue duduk sini ya," Tanpa menunggu persetujuannya, gadis itu langsung menempati bangku di depannya. Padahal masih ada dua meja kosong yang lain.
"Leo lagi antri. Lo sama siapa? Sendiri?" pertanyaan Clarisan nyaris seperti sindiran.
Dengan tanpa terintimidasi ia pun menjawab, "Nggak."
"Kok waktu itu lo buru-buru pulang?"
"Gue ada urusan."
Gadis itu manggut-manggut sambil tersenyum. Senyum manis yang palsu. Lalu berkata, "Bukan karena gue dan Leo tunangan?"
Sebelah alis Vanta terangkat. Dia mendengkus, merasa konyol dengan pertanyaan itu. Vanta jadi berpikir, mungkin inilah definisi wanita ular yang sesungguhnya.
"Apa hubungannya?"
"Lo dateng ke acara grand opening restoran keluarganya. Siapa yang tau kalo lo masih ..." Dengan raut yang menurut Vanta sangat menyebalkan, gadis itu memajukan bibir sedikit sambil mengendikkan bahu tak acuh.
Namun faktanya, Vanta tahu kalau dia bukannya tidak peduli. "Lo takut gue balikan sama Leo?"
"Ap-apa? Takut??" Tangannya mengepal dengan kesal.
Seorang Clarisa takut lelakinya direbut? Mana mungkin! Batin Clarisa.
Tapi ... mungkin saja dia takut kalah. Seperti saat mereka SMA dulu.
"Tenang aja. Lo simpan Leo kesayangan lo itu. Gue sama dia udah selesai. Gue nggak mau memungut apa yang udah gue buang. Eh tapi ternyata, sahabat gue yang memungut bekas gue," ucapnya menusuk, sembari tersenyum sinis.
Gadis cantik di depannya menggeram. Raut manis serta ramah-tamah yang kepura-puraan itu mendadak lenyap. "Lo ... !" Berganti dengan sepasang mata yang menyalak.
Tidak mau berlama-lama duduk semeja dengan reptil jenis baru ini, Vanta beranjak meraih kantong belanjaannya.
"Gue duluan ya. Cowok gue yang dari waktu itu lo lirik terus udah selesai antri. Bye ...." Tepat saat Vanta berbalik, hidungnya menabrak pundak seseorang.
"Oh, di sini ternyata," ujar laki-laki yang ditabraknya. "Yuk, babe." Menekankan kata terakhir.
Vanta langsung melongo ketar-ketir dengan pipi merona. Jangan bilang Alvin dengar pembicaraannya dengan Clarisa barusan?!
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]
RomanceSemula Vanta tidak tahu, kalau satu perlawanannya bakal menjadi masalah serius. Siapa sangka, cowok yang ditantangnya─Alvin─ternyata adalah penguasa kampus! Jadilah mereka musuh bebuyutan. Di mana ada Alvin, itulah saat paling buruk untuk Vanta. Ner...