Vanta bergegas memasuki kampus, ia bangun kesiangan hari ini. Diliriknya jam tangan yang bertengger manis di pergelangan tangannya. Jam tujuh lewat dua puluh lima menit.
Tinggal lima menit lagi!
Gadis itu mempercepat langkahnya melewati koridor untuk mengejar kelas pertama. Sambil berlari ia membuka tas, memasukkan masker yang belum sempat ia rapikan. Saat pandangannya tidak fokus pada jalan di depannya, ia menabrak seseorang sampai tubuhnya terhuyung.
Hampir saja ia terjatuh kalau orang yang dia tabrak tidak menarik lengannya dan meraih pinggangnya. Sehingga hanya tasnya saja yang berhasil mendarat di lantai beserta isinya yang tercecer keluar.
Vanta masih belum dapat mencerna kejadian yang hanya sekelebat mata itu. Ia menengadahkan kepala, mendapati wajah Alvin yang sedang menatapnya. Pemandangan ini tentu saja mengundang perhatian beberapa mahasiswa yang lewat di koridor serta teman-teman Alvin yang saat itu berjalan dengannya. Ada juga seorang cewek yang berjalan dengan kumpulan Alvin, cewek itu melemparkan pandangan sinis kepadanya.
Harum musk samar-samar tertangkap indra penciumannya. Setelah melihat sekilas ke arah Alvin, Vanta buru-buru memalingkan muka dan melepaskan diri dari pegangan cowok itu. Jaraknya yang sangat dekat dari Alvin tak kentara memunculkan rona di kedua pipinya.
Kenapa dia terus-menerus bertemu cowok ini? Padahal dialah orang yang paling tidak ingin dilihatnya sekarang.
Vanta kemudian teringat akan tasnya yang terjatuh. Segera dimasukkannya barang-barang yang berserakkan di lantai ke dalam tas. Alvin masih berdiri di sana─di hadapannya─hanya memerhatikannya tanpa membantu sama sekali.
Ketika Vanta hendak memungut benda yang berada di dekat Alvin, gerakannya terhenti. Matanya membelalak kaget. Menelan ludah dengan susah payah. Semburat merah di wajahnya pasti semakin terlihat jelas. Alvin dan teman-temannya ikut melihat ke arah 'benda pusaka' itu. Sedetik kemudian tawa Alvin dan teman-temannya meledak. Vanta malu bukan main. Benda 'khusus cewek' itu ternyata ikut terpental keluar.
Vanta bege!
Malang banget sih nasib gue!
Batinnya dalam hati.
Pembalut yang tergeletak di dekat Alvin secepat kilat disambarnya. Ia menatap Alvin dan teman-temannya dengan tatapan antara malu dan kesal. Vanta tidak habis pikir. Bahkan sebagai sesama jenis, cewek yang tadi berjalan beriringan dengan Alvin ikut menertawakannya!
Sumpah, dia malu banget! Karena bukan Alvin *cs saja yang melihat ke arahnya, tapi mahasiswa yang berlalu-lalang di sana juga melihatnya. Setelah memastikan tidak ada lagi benda miliknya yang berserakkan, ia melirik jam tangannya, kemudian berlari meninggalkan Alvin cs.
(*cs = cum suis, artinya teman-teman, rekan-rekan, kolega)
Alvin dan kawan-kawannya masih tertawa. Cia, cewek yang tadi sedang membujuk Alvin untuk membantu tugas Cinematography juga ikut tertawa.
"Pagi-pagi si Pepsi blue udah ngelawak aja," sahut Andre di sela-sela tawanya.
"Tu cewek bego banget, ih," celetuk Cia yang juga masih tertawa. Cia tahu kalau Vanta adalah cewek yang selama ini sering dikerjai oleh Alvin.
Tawa Alvin terhenti, membuat semuanya ikut berhenti tertawa. Ia menoleh ke arah Cia. "Lo ngapain masih di sini? Gue udah bilang kan, nggak minat bantuin lo."
"Sekali aja dong Vin, pengecualian buat gue. Please," mohon gadis cantik di angkatannya itu.
"Kasih, Vin. Lo tuh ya, tega banget sama cewek, ckck..." Edo meledeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]
RomanceSemula Vanta tidak tahu, kalau satu perlawanannya bakal menjadi masalah serius. Siapa sangka, cowok yang ditantangnya─Alvin─ternyata adalah penguasa kampus! Jadilah mereka musuh bebuyutan. Di mana ada Alvin, itulah saat paling buruk untuk Vanta. Ner...