#25 Cheer Up

7.3K 593 103
                                    


Ini kali ke dua Vanta datang ke rumah Alvin. Pertama kali ia datang dalam keadaan pingsan dan sepulangnya tidak benar-benar memerhatikan rumah besar itu. Vanta baru menyadarinya hari ini. Rumah Alvin yang berada di salah satu kawasan perumahan elit di Jakarta terkesan... besar sekali!

Dari dalam mobil ia melihat dinding batu dan pagar hitam besar rumah Alvin seolah seperti gerbang penyambut tamu yang akan berkata "Welcome to Geraldy's House".

Ketika mobil Alvin memasuki halaman, pemandangan pertama adalah garasi yang luas. Dengan rumput dan beberapa tanaman hijau yang terpangkas rapi. Cowok itu memarkir mobilnya di depan pintu garasi. Turun dari mobil diikuti Vanta.

Ia sibuk memerhatikan rumah Alvin. Matanya tak mau melewatkan setiap detail pemandangan di rumah ini seperti sebelumnya. Sampai dia terhanyut dalam pikirannya sendiri menatap bangunan tiga lantai yang luas di hadapanya.

Bersama Alvin, dia melangkah menaiki tangga menuju pintu besar di lantai dua yang merupakan pintu utama untuk masuk ke dalam bangunan tiga lantai itu. Ketika pintu terbuka, tampak ruang tamu dengan perabot yang mengesankan. Vanta juga melihat beberapa lukisan fine art menggantung di dinding.

Memasuki rumah ini menjadi terasa seperti berada di galeri seni. Banyak perabot dan hiasan-hiasan unik. Setiap perabot diletakkan sedemikian rupa dengan tata letak yang apik untuk dilihat. Dalam hati Vanta kagum dengan desain interior rumahnya.

Ketika Alvin menaiki tangga menuju kamar, ia berhenti mengikutinya.

"Vin, gue tunggu di sini ya?"

"Ngapain di situ? Di atas aja."

Ia menggeleng pelan.

Alis Alvin berkerut. "Kenapa?"

"Gue nggak sakit kayak waktu itu. Nggak enak sama orang rumah lo masuk ke kamar cowok."

Alvin tersenyum mendengarnya. Satu sifat yang ia sukai dari Vanta. Gadis itu benar-benar menjaga etika dan terkesan kolot. Tapi sisi jahil Alvin tiba-tiba ingin menggoda cewek itu. Senyumnya berubah menjadi seringai nakal. Ia lalu berbalik turun menghampiri Vanta.

"Ah, elo... pake malu-malu segala. Waktu itu 'kan lo pernah masuk kamar gue? Malahan kita tidur sekamar. Atau jangan-jangan lo lupa? Wah... cepet banget lo lupain momen kita berdua."

Sesuai dugaan, gadis itu melotot ke arahnya. Ia bersiul riang dalam hati. Hanya tinggal menjalankan rencana berikutnya.

"Momen berdua apaan? Rusak ya kepala lo? Gue lebih bahagia sekamar berdua sama Samy dari pada sama elo tau!"

Alvin terkikik geli melihat Vanta yang kembali jutek. Namun, rona merah juga tergambar pada wajah cewek itu.

"Ya udah lo tunggu di sini, gue ke atas sebentar ganti baju. Ada yang ngebanjirin baju gue sih tadi." Sambil mengacak pelan rambut Vanta.

Baru dua anak tangga yang Alvin naiki, ia berhenti lalu menoleh.

"Tapi beneran, lo yang lagi tidur tuh manis banget. Kalem dan nggak jutek kayak gini biarpun gue sentuh." Dikedipkan sebelah matanya dengan penuh makna.

Sementara Vanta berusaha mencerna.

'Sentuh katanya?'

Vanta langsung memekik. "Heh! Apa maksud lo?!"

"Apa ya maksudnya kira-kira?"

"Jawab yang serius!" Kakinya naik selangkah.

"Serius kok." Dengan santai Alvin mundur menaiki tangga.

"Nggak aneh-aneh kan lo?"

Bukannya menyahut Alvin malah memasang tampang super nyebelinnya. Sehingga tanpa sadar Vanta terus mengikuti cowok itu naik ke lantai atas.

LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang