#14 Stay

15.1K 895 14
                                    

Perlahan ia membuka mata. Pusing, itulah yang pertama kali dirasakannya. Vanta mengerjap pelan beberapa kali, namun dia tidak dapat melihat apa-apa. Ruangan itu sangat gelap. Ia lupa apa yang terjadi padanya. Seingatnya terakhir kali dia berada di kampus ditemani oleh Nathan. Sejak pagi memang merasa tidak enak badan, kemudian ia ingin pulang ke rumah bersama Nathan yang akan mengantarnya sampai ke depan kampus. Setelah itu tidak ada lagi yang dapat diingat.

Dipaksanya tubuh untuk bangkit dari posisi tiduran. Samar-samar ia melihat segaris cahaya vertikal berada dalam jarak beberapa meter dari tempatnya terduduk.

Kalau baru bangun tidur, penglihatan itu memang agak aneh ya, pikir Vanta. Buktinya pintu kamarnya terlihat lebih jauh dari pandangan mata. Ia mengangkat sebelah tangan, menyentuh kepalanya yang masih terasa berat. Tiba-tiba sesuatu menerjang masuk dari balik pintu. Segaris cahaya itu kini meluas.

"Aw!" pekik Vanta ketika dirasakannya sesuatu yang berat menubruk badannya hingga jatuh kembali dalam posisi berbaring.

Terdengar derap langkah kaki cepat disusul teriakan, "Sam!"

Pemandangan yang semula hanya dihiasi redup cahaya dari luar seketika menjadi terang benderang oleh cahaya lampu yang menyala. Vanta mendapati seekor Golden Retriever besar tengah melangkahi badannya dan menggoyangkan ekor dengan riang.

Beraaatttttt.

Tahu sendiri kan, ukuran anjing itu sebesar apa?

"Samy! Turun!" Suara itu membuat Vanta menoleh ke arahnya.

Vanta menyipitkan mata, ia betul-betul tidak mengerti dengan penglihatannya. Dia melihat... Alvin? Di rumahnya?

Pandangannya langsung beredar ke sekeliling ruangan. Kamar yang luas, ranjang yang besar, beberapa bingkai tergantung di dinding, lemari yang besar, dan perabot yang cuma sekali lihat saja ia yakin kalau itu bukan miliknya. Karena semua yang berada di ruangan itu tampak seperti kamar lelaki.

"Di mana ini?" tanya Vanta tanpa sadar.

"Rumah gue."

Seperti tersengat, Vanta mengerutkan wajah, menatap Alvin penuh curiga. Sambil menarik selimut ia memasang kuda-kuda untuk waspada.

"Kenapa gue di rumah lo?"

Alvin berjalan beberapa langkah, menepukkan tangan dua kali memanggil Golden Retriever cokelat yang sedang berlenggak-lenggok di ranjang. Anjing itu segera melompat menghampiri Alvin. Cowok itu membungkukkan badannya dan mengelus anjing yang tadi dipanggil Samy.

"Jangan nakal ya, Sam," ujar Alvin memberikan snack berbentuk stik kepada Samy.

Vanta masih memandangnya dengan tatapan menyelidik. Dari sorot matanya terbaca jelas apa yang ada dipikirannya.

Lelaki itu menghela napas lalu bertanya, "Lo inget nggak tadi siang pingsan?"

Yang ditanya hanya diam, sepertinya berusaha mengingat.

"Lo pingsan di lift tadi. Si gendut nggak tau rumah lo. Temen cewek lo—yang nggak tau siapa namanya—itu juga ditanyain alamat lo nggak tau. Jadi, ya gue bawa ke sini."

Tunggu.

Vanta berpikir sejenak.

Apa itu artinya Alvin yang menolongnya?

Cowok itu nggak meracuninya?

"Itu... beneran?"

Alvin berdecak sebal sambil berkacak pinggang. "Ya masa bohongan? Tanya aja sama temen lo. Udahlah, ikut gue dulu."

"Ke mana?"

"Makan di bawah."

Ragu sejenak. Tapi kemudian Vanta beringsut dari ranjang dan mengikuti Alvin keluar kamar. Cowok itu telah menyiapkan makan malam untuk mereka. Ralat, maksudnya seorang wanita paruh baya yang kelihatannya bekerja di rumah ini yang menyiapkannya. Wajahnya tampak ramah menyambut mereka ketika turun. Menarik bangku sebelum mereka duduk. Masakannya enak, Vanta suka.

LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang