#41 Yours

2.6K 235 18
                                    


Up 2 bab deh aku.

Bilang aku baik, bilang!

Wkwkwkwk...

==========================

"Jadi, gimana ceritanya kalian bisa jadian?" tanya Jessi dengan posisi siap menginterogasi.

Hari itu Vanta tidak pulang dengan Alvin karena Jessi langsung menculik Vanta ketika kelasnya selesai. Meminta Vanta menjelaskan semua yang tidak dia ketahui mengenai hubungan mereka.

"Mm... itu... terjadi begitu aja sih," jawab Vanta menggantung.

"Hah? Mana mungkin begitu aja?! Pasti ada cerita dibaliknya. Hayo ngaku!" Sementara pekikan Jessi bahkan mengalahkan gledek. Untung ruangan itu kedap suara.

"Umm... sebenernya, waktu gue minta temenin Alvin ke acara mantan gue... pulangnya dia nembak gue." Ragu dan malu berbaur jadi satu. Jemari tangan Vanta saling meremat, mencari pengalihan rasa grogi.

"Dan lo baru cerita sekarang padahal waktu itu gue nanyain lo?!" Si cantik Jessi tak kuasa mendengkus kesal.

"Ugh, sorry Jes."

"Woah..." Gadis berambut ash brown itu beranjak dari ranjang empuknya. Mondar-mandir di kamar sambil menempelkan sebelah telapak tangan di dahi. Geleng-geleng kepala tak percaya. "Parah lo, Ta."

Ya, benar.

Mereka sekarang sedang berada di kediaman Jessi. Dia membawa Vanta ke rumahnya supaya leluasa mengobrol. Kalau di kampus, Jessi nggak jamin volume suaranya nanti tidak bakal menyaingi toa. Makanya untuk mengantisipasi, mereka mencari tempat tertutup dan tersembunyi. Agar terhindar dari telinga-telinga para penggali gosip.

"Sorry... lo marah ya, gue nggak cerita?"

"Menurut lo??" Gadis itu mencebik. Kembali menghempaskan diri ke tepi ranjang.

"Abis gue sendiri masih nggak percaya. Jadi gue bingung mau cerita gimana?"

Diliriknya Vanta yang memasang raut menyesal. Kemudian bangun dan duduk di tempat.

"Kalo lo merasa bersalah, ceritain gimana dia nembak lo."

Tidak perlu menunggu lama, Vanta mengangguk mengiyakan. Dia memberi tahu kalau Alvin menyuruhnya 'move on' saat menceritakan mantan pacarnya, dan setelah itu menyatakan perasaan. Minus masalah keluarga yang dialami Alvin. Vanta belum bisa cerita seluruhnya pada Jessi. Masih ada yang terasa mengganjal dan ia takutkan dalam hati. Oleh sebab itu, banyak sekali cerita yang dipenggal.

"Astagaa... astagaaa...," desis Jessi di tengah curhatan Vanta. "Gilaaa, so sweet amat dia! Jarang-jarang ada cowok mau dengerin curhat tentang mantan."

"Masa sih?"

"Ya iyalah! Cowok mana mau tau?!"

"Terus, terus..." Diguncangnya lutut Vanta, meminta cerita lebih detail. "Lo bilang apa pas nerima dia?"

"Dia bilang, dia cuma nerima jawaban 'iya'. Terus gue harus jawab apa kalo nggak dikasih pilihan?"

Detik itu juga, Jessi menjerit histeris di kamarnya. Berguling-guling di ranjang dengan wajah mesem-mesem. Berasa dia yang ditembak.

"Gilaa, gilaaa, gilaaaa! Astaga, astagaa, astagaaaa! Kacau!! Lo nggak pingsan setelah dia bilang gitu? Lo masih sanggup berdiri setelah pernyataannya yang badass itu??"

"Yaa..." Vanta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kayaknya hampir masuk IGD sih gue,"

"Waaa... Tata-nya gue udah gede! Udah punya pacarrr!" Sekali lagi Jessi guling-guling seperti galon yang menggelinding. Tapi tiba-tiba berhenti. Mendadak menegakkan badan dan bertanya. "Lo sendiri, apa lo suka sama dia?"

LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang