Acara ulang tahun yang diadakan Andre rupanya bukan hanya mengundang Alvin cs dan Vanta saja, ada beberapa teman kampus dan luar kampus juga.
Karena Jessi mengatakan bisa turut hadir, Vanta menepati janji datang bersama Jessi. Soal izinnya yang bakal pulang hingga larut malam, dia terpaksa beralasan pada mamanya akan menginap di rumah Jessi.
Memang sih, dia akan menginap di rumah Jessi. Tapi setelah party yang selesai entah jam berapa itu. Dan Vanta terpaksa tidak bilang kalau dia akan menghadiri acara seperti ini.
Berbeda dengannya, Jessi nggak ada jam malam. Keluarganya lebih memberi kelonggaran untuk pergi ke pub, bar, bahkan kelab malam sekali pun asalkan dia tetap tahu batasan. Dasar didikan dalam keluarga dan pergaulan Jessi yang tidak terlalu bebas membuatnya tak menjelma menjadi 'anak malam'.
"HAPPY BIRTHDAY ATEE!" Begitu teriakkan serempak yang memenuhi ruangan.
Ate adalah julukan yang diberikan teman masa SMA Andre berhubung nama kepanjangannya adalah Andre Tobian. Setelah sapaan dan ucapan selamat dilayangkan oleh tamu yang datang, dentum musik yang dimainkan DJ kemudian terdengar. Orang-orang mulai beranjak dari bangku dan berkumpul di tengah secara naluri menari seirama musik.
Vanta yang tidak tahu harus bagaimana hanya duduk dengan enggan di bangkunya. Mengernyit bingung, ketika Jessi dan Alvin juga ikut bergabung ke tengah ruangan. Sungguh, lingkungan ini nggak cocok dengannya. Sepertinya cuma dia yang tidak tahu apa-apa di sana.
Meski sempat bekerja di Cafe & Bar, tempat kerjanya hanya sebatas tempat untuk duduk menikmati minuman. Tidak ada live music, berbeda dengan tempat ini. Menyadari Vanta yang tidak begitu menikmati acara, Alvin kembali menghampiri pacarnya. Duduk menemani di sebelah Vanta.
"Nggak nyaman, ya?" tanyanya mendekat ke telinga sang gadis agar terdengar.
Vanta hanya memaksakan seulas senyum tanpa menjawab. Kalau boleh jujur, dia sangat-sangat tidak nyaman. Tapi hanya satu malam ini dia akan berusaha. Karena tidak akan ada malam-malam lainnya yang serupa.
Sementara Alvin memutuskan tetap duduk menemani Vanta, tidak lama Jessi juga kembali ke bangkunya. Disusul satu per satu tamu undangan yang mulai duduk mengobrol setelah puas berdansa. Menikmati appetizer dan bir yang ada di tiap-tiap meja.
Tanpa ragu Vanta menarik gelas kosong yang disediakan. Membuka keran dari tower bir hingga mengalir mengisi setengah gelasnya.
"Lo nggak pa-pa minum alkohol?" tanya Alvin memerhatikan Vanta. Dia tidak yakin mengapa, tapi sikap Vanta sedikit aneh sejak kepulangannya dari Jambi.
Gadis itu masih bertemu dengannya seperti biasa. Tertawa dan mengobrol lancar. Hanya saja, kadang-kadang Alvin mendapati tatapannya kosong. Setiap ditanya, cewek itu hanya bilang kelelahan karena tugas. Untuk alasan itu wajar sih, anak rajin seperti Vanta pasti bekerja keras sepenuh hati mengerjakan tugasnya. Dia sudah pernah menyaksikan perjuangan teman-teman seangkatannya dulu yang juga berambisi seperti Vanta.
"Nggak pa-pa, gue haus. Oh iya, lo kalo mau ngobrol sama temen lo, ngobrol aja. Jangan deket gue melulu ah, kesannya gue jadi kayak posesifin lo."
"Nggak kok," Alvin meraih gelas milik Vanta dan meneguk isinya. "Emang gue yang mau duduk di sini."
"Serius. Gue lebih suka jadi pengamat orang-orang yang ada di sini." Sebelah tangan Vanta menopang wajahnya di meja sembari tersenyum tipis menatap ke tengah ruangan.
"Nggak boleh," desis Alvin.
Alis Vanta kemudian terangkat heran.
"Lo cuma boleh ngamatin gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]
RomanceSemula Vanta tidak tahu, kalau satu perlawanannya bakal menjadi masalah serius. Siapa sangka, cowok yang ditantangnya─Alvin─ternyata adalah penguasa kampus! Jadilah mereka musuh bebuyutan. Di mana ada Alvin, itulah saat paling buruk untuk Vanta. Ner...