#37 Mulai Berpikir

2.1K 257 18
                                    


'Tapi... cobalah untuk sekali lagi jatuh cinta.'

Kalimat itu terus terngiang di kepalanya. Dari perjalanan pulang mereka, sebelum tidur, saat mengerjakan tugas di hari Minggu, bahkan hingga hari ini. Perasaan Vanta menjadi kisruh. Belum berhenti memikirkan perkataan Alvin.

Jatuh cinta lagi? Haruskah ia mencoba menyukai seseorang? Ini sama saja seperti saran Jessi untuk punya pacar waktu itu.

Nyatanya, belum ada laki-laki yang secara terang-terangan mendekatinya dan meluluhkannya. Dia tidak punya teman dekat laki-laki selain Nathan dan Alvin.

Belakangan dia sering pergi bersama Alvin. Diantar jemput oleh lelaki itu. Alvin juga selalu ada di sebelahnya mendengarkan ceritanya. Terlebih, dia tidak mengira bahwa cowok yang semula mati-matian dibencinya bisa se-gentle itu. Tebak, apa yang dilakukannya usai mengobrol pada malam berangin di tepi laut?

Alvin meminjamkan blazer berwarna milo senada celana panjangnya saat itu dan memakaikannya pada Vanta. Salah satu perlakuan manis yang membuatnya tersentuh.

Jika diingat lagi, belum lama cowok itu juga mengecupnya dua kali. Atau tiga kali? Dia benar-benar tidak tahu apakah Alvin sungguh melakukannya saat dia tertidur di rumah Alvin atau hanya gurauan untuk menjahilinya. Yang pasti pertanyaannya sekarang, apakah lumrah bersikap begitu di antara teman? Mengapa dia baru memikirkannya sekarang?

Tunggu.

Apa ini semacam kode?

Kata sandi yang harus dipecahkan?

Vanta menggaruk gemas kepalanya yang tiba-tiba gatal akibat berpikir terlalu keras. Ini pasti hanya khayalannya semata. Masa iya seorang Alvin yang digosipkan alergi perempuan mendekatinya? Oh, dia hampir lupa. Sepertinya Alvin tidak menganggapnya sebagai perempuan. Cowok itu sendiri kan yang bilang di depan temannya waktu itu.

"Van, makan yuk."

Baru dipikirkan, orangnya muncul. Panjang umur.

"Eee, gue udah janji sama Jessi."

"Emang nggak bisa bareng gue juga?"

Dari ujung lorong muncul Jessi berjalan dengan teman-temannya. Ketika menoleh ke depan pandangannya terarah pada Vanta. Gadis itu tersenyum lebar, melambaikan tangan. Tapi mendadak lengkung bibirnya turun, gerakannya berhenti waktu melihat buntut yang bersama Vanta.

Karena Jessi tidak juga menghampirinya, akhirnya Vanta yang berinisiatif memanggil.

"Jes, yuk kantin."

Jari telunjuk Jessi sudah terangkat kagok, mau menunjuk ke arah Alvin tapi ragu-ragu. Vanta menoleh lagi pada itik yang belakangan terus membuntutinya,—siapa lagi kalau bukan Alvin—lalu kembali menatap Jessi sambil mengangkat bahu. Di siang yang mendung itu, akhirnya mereka makan bertiga di kantin dengan suasana mengheningkan cipta.

Terpaksa si cantik Jessi mengunci mulut rapat-rapat karena sumber yang menjadi bahan obrolan mereka belakangan ini ada di hadapannya.

***

Sungguh, lagi-lagi Vanta merasa diperhatikan setiap kali dia sendirian atau sedang berdua dengan Alvin. Rasa sedang diamati itu akan semakin pekat pada saat kampus sepi. Tapi lagi-lagi, tidak ada siapa pun yang terlihat mencurigakan ketika dia memeta sekeliling.

"Woi," Seseorang mengagetkannya dari belakang.

"Astaga setan!" Segera Vanta memukul keras lengan cowok itu. "Hobi amat sih ngagetin orang! Mau bikin gue jantungan ya?" Melotot sedetik karena dia benar-benar hampir salto dikageti begitu.

LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang