#54 Identitas Black Rose

2K 200 7
                                    

Semenjak makan siang bersama di restoran fast food waktu itu, keduanya jadi lebih akrab di kantor. Vanta nggak segan-segan lagi saat bicara pada Toto. Cowok itu juga sering mengajaknya meeting dengan klien supaya Vanta bisa belajar cara pitching. Sebagai mentor dan mentee, mereka cukup kompak seperti semut.

"Ta, dimakan. Nanti keburu dingin," ujar Vodka yang duduk di depannya.

Akhir pekan ini Kak Oka berniat mentraktir Vanta makan di mal. Tapi kebetulan dia sudah ada janji dengan Jessi. Jadi, yang Vanta lakukan adalah mengajak Jessi sekalian mereka bertemu. Kapan lagi dia traktir Jessi tapi yang bayar Kak Oka? Cerdas bukan?

"Iya kak, bentar. Lagi kasih tau orang kantor besok Vanta izin."

Vanta: To, besok gw ga masuk

Vanta: Mau ke kampus

Vanta: Udah ijin sm Kak Agung

Vanta tidak tahu kenapa, tapi merasa perlu laporan pada pemuda itu. Barangkali Kak Agung lupa memberitahu. Dari pada nanti dia dicari-cari, lebih baik bilang duluan. Lagi pula Toto mentornya, juga teman sebelah mejanya.

Toto: Jam berapa?

Vanta: Jam 10'an mungkin

Toto: Sekalian aja, gw mau ke kampus jg

Toto: Jam 10 kurang gw ke rumah lo

"Hah?"

Suara Vanta seketika membuat Jessi yang duduk di sebelahnya dan kak Oka yang duduk di depannya menoleh padanya.

"Kenapa?" tanya Jessi.

"Ng ... nggak pa-pa." Vanta melipat bibirnya. Langsung menurunkan ponsel yang digenggam kedua tangan agar halaman percakapannya dan Toto tidak terlihat. Dia nggak mau dikira ada apa-apa dengan cowok itu karena memang mereka cuma sebatas kating dan junior yang kebetulan satu kantor.

"Oh iya, Ta," panggil Vodka. "Temen kamu Alvin apa kabar?"

Deg.

Vanta mendadak bertransformasi jadi batu. Jessi melirik Vanta dan Kak Oka bergantian, sedikit kaget karena kakaknya Vanta tahu tentang cowok itu. Yang Jessi pernah dengar dulu, kakaknya Vanta ini memang agak tidak peka orangnya. Terbukti dari kasus mantan pacar Vanta waktu itu.

"Lanjut studi di Kanada," sahutnya setelah jeda yang amat panjang.

Sambil menyendokkan beef pepper rice dari sebuah restoran hotplate di mal, Vodka berkata lagi, "Oh ... sambil kerja? Dia anak Rektor kan?"

Setelah memasukkan ponselnya ke dalam tas, Vanta meraih sendok dan garpu. Mengaduk makanan di piringnya sambil menjawab, "Iya."

Tapi sesaat kemudian gerakannya terhenti, merasakan adanya kejanggalan.

"Dari mana kak Oka tau dia anak Rektor?"

"Dari namanya, dan dia bilang betul. Kamu inget proyek website kak Oka yang dulu?"

Vanta tak putus-putus memandangi kakaknya. Penasaran menunggu kelanjutan cerita saudaranya dengan kedua tangan masing-masing masih menggenggam sendok-garpu.

Karena Vodka belum juga melanjutkan, Vanta bertanya hati-hati. "Yang ... mana?"

"Black Rose."

Tanpa sadar gadis itu menahan napas. Buku-buku jarinya menegang. Seluruh fokusnya hanya terpusat pada nickname yang menggelitik di telinga tersebut.

LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang