"Oke,terakhir kita bahas project desain untuk film 'Annoying Kating'. Film yang diadaptasi dari novel ini mencakup logo, ilustrasi opening dan closing, juga kebutuhan desain lain yang berkaitan," jelas Agung yang kemudian menoleh pada Vanta. "Gue liat CV lo, lo suka baca novel 'kan, Ta? Coba lo ikut kerjain project ini ya."
Wajah Vanta langsung berbinar mendengar perintah Agung. Gadis itu mengangguk semangat karena diberi tugas yang disukainya. "Siap, Kak!"
"Alvian lead-nya, Melisa bisa bantu Vanta juga."
Mendengar nama yang belakangan mengusik pikirannya, sudut bibir Vanta yang naik langsung menukik turun.
'Gila!
Ini benar-benar gila!
Kenapa harus Toto lagi??'
Vanta merutuki nasib baik dan buruknya yang datang di saat bersamaan.
Sejak Toto menyatakan suka padanya, cowok itu sungguh-sungguh dengan usaha mendekatinya. Sering kali memberi gestur yang bikin Vanta salah tingkah. Apalagi saat cowok itu berkata, "Dulu, gue suka liat rambut pendek lo, keliatan segar dan mature. Tapi setelah liat rambut lo panjang lagi sekarang, lo tambah cantik."
Kalimat pujiannya sukses membuat jantung Vanta berpacu cepat dan memikirkannya bahkan saat dia sudah pulang ke rumah. Sesuai kehendak cowok itu.
Untung saja Vanta tidak langsung bertanya perihal lukisan Black Rose di kampus waktu itu. Kalau dia tahu Vanta sangat menyukai lukisannya, Toto pasti akan semakin berasumsi jika dia punya peluang besar untuk mendekatinya.
"Seperti lo yang berhak buat mengunci perasaan lo, gue juga berhak untuk tetap suka sama lo kan?" Sebegitu keras kepalanya seorang Toto.
Vanta benar-benar bingung harus bersikap bagaimana. Sehingga ketika semua yang dipendamnya terasa menumpuk, yang menjadi pilihannya saat itu adalah menceritakan yang sebenarnya pada Jessi. Berniat meminta saran.
"Jes ... sorry." Kalimat pertama yang diucapkan ketika panggilannya tersambung.
"Kenapa lo? Tiba-tiba nelepon bilang sorry?"
"Sorry. Gue bingung nggak tau harus gimana ...."
Sungguh, Vanta terlampau tidak tahan untuk memendam semuanya sendiri. Masalah dengan Toto benar-benar membebani pikirannya.
"Memang ada apa?" Perempuan cantik nan modis itu masih berusaha sabar menanggapi. Berjalan menyusuri mal yang tak jauh dari kawasan tempat tinggalnya.
"Lo bener," ucap Vanta tak lengkap.
"Apaan yang bener??" Jessi semakin gemas dibuatnya.
"Toto ..." Vanta membasahi tenggorokan yang mendadak terasa gersang sebelum melanjutkan, "nembak gue."
Ada hening beberapa saat yang membentang di antara keduanya. Hingga suara Jessi kemudian lebih dulu terdengar di sela-sela kebisuan mereka.
"Ahh, udah gue duga." Sama sekali tidak terkejut. Seolah sudah mendapat pencerahan dan bisa memprediksinya. "Betul 'kan, feeling gue. Terus, terus, gimana?" tanya gadis itu bersemangat.
Berbanding terbalik dengan Vanta yang ketar-ketir dan khawatir. "Sorry, gue nggak dengerin lo. Harusnya gue jauh-jauh dari dia. Setelah magang gue selesai, gue nggak bakal ketemu dia lagi."
Gadis cantik yang ditelepon oleh Vanta terdengar menghela napas. "Kenapa lo minta maaf? Emang apa yang salah dari dia yang suka sama lo?"
Vanta terdiam merenungi kata-kata Jessi. Apa yang salah? Dia sendiri tidak tahu persis. Hanya saja dia merasa semua ini tidak tepat. Ada juga seberkas rasa menyesal. Perasaan seperti merebut gebetan sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]
RomanceSemula Vanta tidak tahu, kalau satu perlawanannya bakal menjadi masalah serius. Siapa sangka, cowok yang ditantangnya─Alvin─ternyata adalah penguasa kampus! Jadilah mereka musuh bebuyutan. Di mana ada Alvin, itulah saat paling buruk untuk Vanta. Ner...