Haffff.. akhirnya bisa update.
Happy Reading! :)
===================
Kelas Vanta hari ini berakhir lebih cepat. Namun, ia masih harus mengikuti kelas selanjutnya. Terakhir untuk hari ini. Kampus sudah tidak terlalu ramai saat hari menjelang sore. Sinar matahari tidak lagi begitu menyengat, justru terasa hangat.
Menarik napas perlahan, cewek itu memandang sekeliling kampus. Senyumnya mengembang, sepertinya saat ini adalah waktu paling aman untuk pergi ke kantin, duduk dan bersantai sejenak membaca komik online sambil menunggu kelas berikutnya.
Setibanya di kantin, ia mengambil salah satu tempat duduk di sebeleh jendela kaca kantin yang menghadap ke pelataran kampus. Sebelum memulai ritualnya, tidak lupa memakai kacamata berlensa minus yang hanya digunakan pada saat membaca atau belajar.
Di sisi lain, Alvin yang sejak tadi berada di smoking area berjalan menuju kantin. Langkahnya terhenti ketika melihat seorang gadis—yang lagi-lagi—mengenakan kemeja longgar, duduk di salah satu bangku, menunduk menekuri sesuatu di meja. Cewek berkacamata itu menampilkan raut serius menatap ponselnya.
Alvin yang semula ingin pulang mengurungkan niatnya. Menarik bangku tinggi yang menghadap ke tempat duduk cewek itu.
Kantin yang sepi sore itu menimbulkan kesan sunyi dan tenang. Alvin terus memerhatikan apa yang dilakukan Vanta, setiap gerak-gerik, serta ekspresi cewek itu. Kali ini dia tersenyum kecil dengan ponsel yang dipegangnya, lalu melepaskan kacamatanya. Tebakan Alvin, sepertinya gadis itu sedang membaca atau menonton.
Sebelah sisi wajahnya tersorot oleh serpihan cahaya matahari sore yang menembus kaca jendela. Diperhatikan lekat-lekat wajah cewek itu. Bola matanya hitam mengilat, rambut panjangnya yang hitam legam sering dikuncir rapi ke belakang, hidungnya mungilnya menghiasi wajah yang tirus. Hari ini gadis itu memakai kemeja yang─untuk ukuran cewek─kebesaran seperti biasanya.
Memang setiap Alvin bertemu dengan gadis itu, dia selalu tampil cuek dan santai. Memakai baju yang gayanya bisa dibilang tidak jauh dari style Alvin sendiri, kaus atau kemeja. Tapi dengan penampilan yang biasa saat ini, mendadak dia terlihat... imut? Benar-benar manis.
Alvin terus memerhatikannya tanpa mengalihkan pandangan sedikit pun. Tidak lama kemudian cewek itu menegakkan badan, menoleh ke jendela kaca, dan beralih ke jam tangannya. Alvin yang menyadari tindakannya barusan segera membuang fokus terhadap cewek itu.
Diliriknya sekali lagi Vanta telah beranjak dari tempat duduknya. Ketika tatapan mereka bertemu, cewek itu diam sejenak, lalu membuang muka. Alvin tersentak dengan reaksinya. Tanpa sadar, sudut bibirnya terangkat. Dia jadi penasaran, ekspresi seperti apa saja yang bisa ditunjukkan seorang Vanta?
***
Perasaan lega dirasakan Vanta selama hampir seminggu. Ia curhat pada Jessi tentang Alvin yang tidak mengerjainya lagi selama tiga hari berturut-turut dalam minggu ini. Sungguh keajaiban yang perlu dirayakan. Mungkin cowok itu sudah lelah mengganggunya.
Saat Vanta berderap ke kantin ingin membeli makan siang, panggilan dari nomor tak dikenal masuk ke ponselnya. Dia mengernyit bingung sebelum menjawab.
"Halo? Siapa ya?"
"Hai Ta... Ini gue, Ferdi," ujar suara lembut di seberang sana. "Hari ini gue bawa kamera. Mau coba?"
"Mau banget! Habis lunch?"
"Oke. Bareng yuk."
Ternyata Ferdi tipe orang yang menepati janji. Buktinya dia sampai mengabari Vanta saat membawa kamera. Ajakan Ferdi membuat Vanta merasa senang, entah mengapa ia tidak bisa melepas senyum yang mengembang di bibir usai menerima telepon. Pertama kalinya dia akan mencoba kamera yang asli. Rasanya nggak sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]
RomanceSemula Vanta tidak tahu, kalau satu perlawanannya bakal menjadi masalah serius. Siapa sangka, cowok yang ditantangnya─Alvin─ternyata adalah penguasa kampus! Jadilah mereka musuh bebuyutan. Di mana ada Alvin, itulah saat paling buruk untuk Vanta. Ner...