#30 First Attempt

2.6K 296 11
                                    

Alvin baru saja memasuki rumahnya ketika merasa ada sesuatu yang berbeda. Harum masakan yang kentara. Ditambah rumahnya menjadi lebih bersih dan rapi. Biasanya sih memang sudah rapi, tapi saat itu ada tatanan yang berubah di dalam rumahnya. Vas yang kosong terisi bunga-bunga segar.

Biasanya Bi Sum juga memang memasak, tapi nggak seperti ini heboh harumnya, sudah tercium walau Alvin baru menginjakkan kaki di ruang tamu. Pasti ada sesuatu.

"Bi... Bi Sum," panggil Alvin seraya memasuki dapur.

Ia melihat Bi Sum dengan seorang asisten rumahnya sedang memasak.

"Iya Den?" sahut Bi Sum menoleh ke arah suara.

"Dia ada di rumah?"

"Iya, tadi pagi baru saja pulang."

"Oh..." gumam Alvin pelan.

'Dia' yang dimaksud Alvin tak lain adalah Raffael Geraldy, ayahnya. Biasanya beliau selalu pulang di saat Alvin sedang libur panjang dan tidak ada di rumah. Entah bagaimana dia tahu kapan Alvin pergi, tapi ia yakin ayahnya selalu menghubungi Bi Sum atau Pak Ujang sebelum pulang. Yang pasti dia selalu datang di saat yang tepat sehingga Alvin tak harus melihatnya.

Hanya sekali mereka berpapasan dalam setahun. Entah Pak Tua itu tinggal di mana selama ini. Dia tidak pernah berniat mencari tahu.

Setelah berganti kaus, ia duduk di meja kerja dan bergegas menyalakan laptop. Saat ini pikirannya tidak boleh melayang ke mana-mana. Ada hal penting yang harus dikerjakannya.

***

Sudah cukup lama Alvin berkutat dengan laptopnya. Ia meregangkan kedua tangan, beranjak bangun dari bangku. Diliriknya jam yang terpaut manis di dinding. Pukul tujuh malam. Tiba-tiba dia teringat Vanta. Katanya hari ini gadis itu bekerja.

Kok dia jadi pingin ketemu ya?

Segera dia menyambar poselnya. Membuka salah satu aplikasi chatting. Ditengoknya percakapan terakhir dengan gadis itu. Semua pesannya singkat. Tak ada percakapan berarti.

[Gue udah sampe]

[Iya]

[Gue di kantin]

[Ok]

Keningnya berkerut sambil menggumam sendiri, "Apaan nih?"

Dilihat lama-lama, percakapan mereka di chat sudah macam driver online dan penumpang. Tidak ada kemajuan sama sekali. Miris.

Alvin berdecak sebal, membuka foto profil Vanta di aplikasi chatting. Bukan fotonya. Foto makhluk berbulu putih lucu yang menurut Alvin saat itu menyebalkan. Yang ingin dia lihat fotonya Vanta, bukan yang lain. Akhirnya dia memutuskan untuk membuka aplikasi media sosialnya, menekan tombol 'Follow' pada akun IGE Vanta yang di-private.

Ini pertama kalinya dia mengikuti dan menambahkan pertemanan pada akun perempuan. Biasanya boro-boro request, malah kalau bisa mau dia tolak semua permintaan dari perempuan di medsosnya. IGE saja jarang yang di follow back olehnya kalau bukan yang dia kenal nama dan wajahnya. Tapi ya, dia nggak mau dibilang hode juga.

Sekali lagi ia melirik jam dinding. Satu ide melintas di benaknya. Malam ini dia pastikan bertemu cewek itu.

***

Sumpah, saat seperti ini harum masakan mampu menjadi magnet yang akan menarik siapa saja yang kelaparan. Alvin yang tadinya tidak ada niat untuk makan di rumah mendadak melipir ke ruang makan. Tak peduli meski sudah bisa menebak akan bertemu orang itu.

Lelaki yang dari wajahnya berkisar umur lima puluhan menghentikan aktivitasnya di meja makan, menoleh pada Alvin. Wajahnya sarat lelah. Kerutan-kerutan akibat usia mulai muncul di sana. Meskipun begitu, pria itu tetap terlihat tampan pada usianya.

LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang