Sudah hampir tiga bulan Velyn memimpin VioleTics, perusahaan kosmetiknya. Ia cukup resah karena sampai sekarang, persyaratan pertama dari Daddy nya itu belum juga terpenuhi.
"Kau harus menikah sebelum Daddy menyerahkan D-Zanta Corp padamu."
Kata-kata Daddy nya itu benar-benar menguasai pikirannya akhir-akhir ini.
Apa Velyn harus memberanikan diri untuk memberitahu teman-temannya tentang hal ini? Mungkin dengan begitu temannya bisa membantu Velyn untuk berburu suami.
Ah, Velyn masih gengsi untuk jujur. Bisa ia tebak bahwa teman-temannya itu pasti akan hanya menertawakannya.
Sialan!
Setelah lama bergelut dengan angin malam, akhirnya Velyn tiba di sebuah club ternama yang terletak di pusat kota Los Angeles.Tanpa mau berlama-lama, ia langsung berjalan masuk menuju lift yang akan membawanya naik ke lantai paling atas. Tujuannya ke sana ialah untuk menemui teman-temannya.
Dan disinilah Velyn sekarang. Di lantai teratas club, ruangan VVIP yang hanya bisa ditempati oleh pemilik club tersebut. Ruangan itu adalah tempat dirinya dan teman-temannya berkumpul.
BRAK!
Velyn membuka pintu secara kasar membuat semua orang yang ada di dalam ruangan itu tersentak kaget.
"BITCH!!" Pantat Ivan sontak terangkat karena terkejut. "Oh astaga, kau mengagetkanku saja."
Pria letoy itu pun kembali duduk di sofa sambil melanjutkan kegiatan make up nya.
Berbeda dengan Ivan, semua pandangan temannya terus mengarah pada Velyn yang berdiri di depan pintu.
"Velyn, ada apa denganmu?" tanya Daren sedikit khawatir.
Menyadari ada yang aneh dari Velyn, Galen pun mengangguk setuju atas perkataan Daren, kembarannya.
"Bibirmu sangat pucat seperti habis di cupang, Vel," timpal Galen dengan wajah panik.
Mendengar hal itu, Bryan pun langsung berdiri dari sofa. "Siapa yang berani mencium mu, hah?!"
Ia kemudian menarik lengan hoodie nya seolah ingin berkelahi. "Aku saja tak pernah merasakan bibir itu. Bisa-bisanya sudah ada yang mendahuluiku."
"Brengsek! Liur mu muncrat," pekik Ivan sembari mengusap bibir merahnya pelan-pelan dengan tisu.
Aaron yang tadinya hanya diam, seketika tergelak tawa melihat liur mematikan itu dengan mudanya membasahi lipstik kering yang menempel di bibir Ivan.
Dengan wajah memelas, Velyn mendekati bubuhan temannya. Ia lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa, tepat di samping Daren.
"Ada apa denganmu, hm?" tanya Daren lagi setelah menyesap segelas wine nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELUNA [SELESAI]
Romance"Pada dasarnya, menikah dengan musuh bukanlah jalan menuju balas dendam." [𝙎𝙚𝙦𝙪𝙚𝙡 𝘽𝙖𝙮𝙞 𝘿𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣] [𝘿𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝]