Hari ini adalah hari yang tidak ditunggu-tunggu tapi ditunggu-tunggu.
Dengan wajah yang ditekuk, Velyn menatap pantulan dirinya lewat cermin yang dihiasi banyak lampu. Rasanya ia ingin menangis melihat wajahnya yang tampak seperti badut.
"Sudah ku bilang jangan dandan aku terlalu tebal!!" Merasa geram, Velyn sontak menjambak rambut keriting Ivan sekuat tenaga.
Ivan yang sedari tadi sibuk memoleskan make up di wajah Velyn pun reflek mendesah, "Ahhh, sakit bitch!"
"Tebal katamu? Ini tipis bodoh!" lanjut Ivan sembari mendorong kepala Velyn ke samping.
"Dan ini?" Velyn menundukkan kepala untuk melihat gaun putih yang melekat di tubuhnya. "Kenapa harus baju seperti ini?!"
"So? Kau ingin memakai jas seperti Arthur juga?" Ivan memutar bola matanya malas.
"Kalau bisa kenapa tidak?"
Lagi-lagi Ivan mendorong kepala Velyn.
"Huh! Kau telanjang saja sana," celetuk Ivan lalu menghentak-hentakkan kakinya sebelum beranjak keluar dari ruangan itu.
Melihat kepergian Ivan, Velyn hanya mengendikkan bahunya acuh. Ia pun mengambil tisu yang ada di atas meja rias itu, berniat ingin menghapus lipstik yang ia rasa terlalu menor.
"Eh, jangan dihapus!" titah Zara yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu.
Sambil menghela napas panjang, Velyn meremas tisu yang ada di tangannya. Membuang tisu itu ke sembarang arah.
"Ivan mana?" tanya Zara kemudian.
"Ngambek," jawab Velyn seadanya.
Zara pun melangkah ke belakang anaknya. Ia mengambil jepitan dari dalam tas, lalu menarik sebagian rambut Velyn untuk di jepit di bagian belakang.
Setelah selesai, Zara tersenyum lebar memperhatikan wajah Velyn yang terlihat semakin cantik dengan gaya rambutnya sekarang.
Berbeda dengan sang Mommy, Velyn sama sekali tak senyum. Ia malah memanyunkan bibirnya ke depan seolah memberitahu bahwa dirinya sedang merajuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELUNA [SELESAI]
Romance"Pada dasarnya, menikah dengan musuh bukanlah jalan menuju balas dendam." [𝙎𝙚𝙦𝙪𝙚𝙡 𝘽𝙖𝙮𝙞 𝘿𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣] [𝘿𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝]