Dengan langkah tergesa-gesa, Velyn berjalan menuju pagar panel beton yang ada di area belakang. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mencari keberadaan Jae. Tepat saat matanya tertuju di depan toilet umum, Velyn dapat melihat keberadaan sosok pria bertopeng putih.
Dari postur tubuhnya saja, Velyn dapat memastikan bahwa pria itu adalah Jae.
Velyn pun segera melanjutkan langkahnya menghampiri pria tersebut.
"Untuk apa kau pakai topeng?" Velyn mengerutkan keningnya heran memperhatikan Jae.
Tanpa membalas perkataan Velyn, Jae segera menarik tangan wanita itu dan membawanya masuk ke dalam toilet. Dengan begitu, barulah Jae melepaskan topeng yang menutupi wajah tampannya.
"Kau tau kan kalau aku punya banyak penggemar?"
Velyn memutar bola matanya malas.
Selang beberapa detik, tiba-tiba keduanya sama-sama terperanjat begitu mendengar suara isakan histeris dari dalam bilik toilet yang bertepatan di samping mereka.
"Siapa di dalam?" tanya Jae dengan nada berbisik.
Velyn menggeleng pelan pertanda ia tidak tahu. "Sudah biarkan saja. Mari kita lakukan sekarang. Waktunya tidak banyak."
Sontak Jae melipat mulutnya ke dalam upaya mengulum senyumnya. "Wah, sepertinya kau tidak sabaran."
Lagi-lagi Velyn memutar bola matanya. Ia kemudian menarik kedua tangan Jae secara paksa, lalu melingkarkan tangan pria itu di pinggang rampingnya. Lanjut, Velyn mengalungkan tangannya di leher Jae.
Perlahan Jae mulai memiringkan serta mendekatkan wajahnya pada Velyn. Merasa jarak diantara bibir mereka semakin dekat, Velyn pun semakin memeluk erat leher Jae. Jika saja Velyn sedikit menundukkan kepalanya, maka akan dipastikan bibir mereka akan menyatu.
"Ck! Aku terlihat seperti wanita murahan," gumam Velyn.
"Kau tidak murahan, Cantik. Adikmu yang murahan," balas Jae.
Belum sempat Velyn menundukkan kepalanya, tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca dari arah pintu masuk toilet.
PRANG!!
Tanpa menoleh ke belakang, secepat kilat Velyn melumat bibir Jae dengan sangat dalam. Jae yang sempat melirik kedatangan Luna dari pintu depan pun langsung membalas lumatan Velyn tak kalah dalam.
Hal itu membuat Luna sukses terperangah di tempatnya. Tangannya gemetar hebat setelah tak sengaja menjatuhkan dua gelas kaca di lantai. Ia sontak membekap mulutnya sendiri sembari menggeleng pelan.
Bersamaan dengan itu, Arthur yang tadinya berada di dalam bilik toilet pun segera keluar saat mendengar suara bising dari arah luar.
Shit.
Untuk kedua kalinya Arthur dibuat terkejut oleh istrinya sendiri. Ia benar-benar tak dapat berkutik melihat kejadian yang berlangsung tepat di depan matanya. Arthur ingin sekali melerai mereka agar aksi ciuman itu berakhir, namun tubuhnya seolah terkunci.
"VELYN, APA-APAAN KAU INI?!!" Tak kuasa menahan api cemburu, secepat mungkin Luna menghampiri kakaknya.
Saat sudah dekat, spontan Luna menarik sebelah pundak Velyn hingga membuat adegan ciuman panas itu berakhir. Tanpa berkata-kata lagi, Luna langsung melayangkan sebuah tamparan keras di pipi mulus Velyn.
PLAK!!
"LUNA!!!" teriak Jae.
"KENAPA?!! KAU TIDAK TERIMA KALAU AKU MENAMPAR VELYN? KAU SUDAH BERBOHONG, JAE! KAU BILANG KAU TIDAK BISA DATANG, TAPI NYATANYA...." Napas Luna mulai memburu. Matanya pun sudah berkaca-kaca memperhatikan wajah Jae dengan ekspresi kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELUNA [SELESAI]
Romance"Pada dasarnya, menikah dengan musuh bukanlah jalan menuju balas dendam." [𝙎𝙚𝙦𝙪𝙚𝙡 𝘽𝙖𝙮𝙞 𝘿𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣] [𝘿𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝]