KREK!
"Oh shit!!" Bryan mengerang kesakitan begitu tubuhnya terjatuh di atas tumpukan papan triplek bekas.
"Pfftt-" Secepat mungkin Aaron membekap mulut Galen saat pria itu hendak tertawa.
"Kenapa kau mendorongku, bodoh?!!" geram Bryan menatap Ivan sebal.
"Astaga, aku tidak sengaja. Siapa suruh kau menempel di belakangku," balas Ivan.
"Ssstt!! Tak bisakah kalian diam?" Daren memandangi teman-temannya satu persatu.
Velyn hanya bisa memutar bola matanya malas. Ia yang tadinya berdiri di dekat Daren pun langsung bergerak menghampiri Bryan yang masih setia terbaring di atas triplek. Ia kemudian mengulurkan tangannya dan dengan senang hati Bryan meraih tangan indah Velyn. Dengan begitu, barulah Bryan bangkit berdiri.
"Cepat sini! Jangan buang-buang waktu," perintah Velyn yang lebih dulu melangkah masuk ke sebuah rumah kosong.
Bryan terkekeh pelan sambil mendekat dengan Ivan. "Lain kali dorong aku lagi," bisiknya.
Tuk!
Ivan menjentik keras bibir Bryan membuat si empunya refleks menutup mulutnya sendiri.
"Liur mu setan!" Ivan mendengus kesal dan lanjut melenggangkan kakinya mengikuti langkah Velyn dari belakang.
Dan kini mereka sudah tiba di tujuan utama. Sekarang mereka sudah berada di dalam rumah tak berpenghuni itu. Dengan langkah yang amat berhati-hati, Velyn mengangkat tangan seolah mengisyarakatkan 'ayo' kepada teman-temannya.
Tepat di dekat jendela belakang, Velyn sontak menghentikan langkahnya. Hal itu tentu membuat Daren dan yang lain ikut berhenti melangkah juga.
"Itu dia," ucap Velyn setengah berbisik seraya menunjuk dimana Arthur dan bawahannya sedang berdiri mengelilingi seorang pria paruh baya.
Penasaran, mereka semua pun berbondong-bondong mendekati jendela hingga tak sadar hampir menghimpit tubuh Velyn. Daren yang sedari tadi berdiri di samping Velyn pun langsung mengangkat tangannya guna memegang dinding yang ada di samping Velyn seakan menghalangi teman-temannya agar tidak menghimpit wanita itu
"Sial! Aku tidak lihat," ujar Ivan berusaha menjinjitkan kakinya.
"Makanya jangan pendek!" celetuk Aaron.
Dari jarak yang bisa dibilang lumayan dekat, Velyn dapat mendengar semua percakapan Arthur dengan pria asing itu. Mulai dari pria itu yang mengatakan bahwa ia ditipu oleh perusahaan Arthur, hingga memberikan Arthur sumpah serapah.
Sampai pada akhirnya, serentak mata mereka membelalak terkejut begitu bawahan Arthur memberikan sebuah pistol kepada Arthur. Mereka semua pun semakin serius memperhatikan kejadian yang berlangsung di depan mata.
Tak lama kemudian, terdengar suara ledakan keras yang berasal dari senjata api.
BLAM!!
Lagi-lagi mata mereka membola sempurna.
Velyn pun seketika mematung di tempatnya. Ia benar-benar tak percaya ternyata Arthur memang sekejam itu.
"V-Velyn, kau yakin masih nekat ingin melanjutkan hubungan dengannya?" Bryan bergidik negri melihat cipratan darah yang mengenai tangan Arthur.
Entah mengapa, melihat Arthur melakukan hal sekejam itu membuat Daren kecewa. Ia merasa bahwa dirinya telah salah membiarkan Velyn menikahi pria seperti Arthur. Ia takut Velyn akan kenapa-napa.
"Velyn, kurasa kau harus ceraikan dia," timpal Aaron.
Velyn membuang napas kasar. "Aku-"
"Jason, siapkan lima jalang di tempat biasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
VELUNA [SELESAI]
Romance"Pada dasarnya, menikah dengan musuh bukanlah jalan menuju balas dendam." [𝙎𝙚𝙦𝙪𝙚𝙡 𝘽𝙖𝙮𝙞 𝘿𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣] [𝘿𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝]