Dengan dua jari yang mengapit rokok, Velyn perlahan membuka kenop pintu. Tiba di dalam penthouse, Velyn dapat melihat keadaan sekitarnya yang gelap nan sepi. Tak ada orang di sana.
"Dimana Arthur?" gumamnya bertanya.
Memasukkan ujung rokok ke dalam mulutnya, Velyn pun lanjut melangkah masuk. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Namun sayangnya, orang yang Velyn cari sama sekali tak nampak.
"Sial. Jangan bilang Arthur tidak ada disini?"
Membuang napas kasar, Velyn kemudian berbalik badan hendak keluar dari penthouse itu. Tetapi, langkahnya mendadak berhenti saat tak sengaja mendengar suara letusan senjata api yang cukup keras dari arah belakang.
DOR!!
Hal itu membuat Velyn spontan berbalik badan. Pandangannya langsung tertuju ke arah ruangan yang letaknya di ujung penthouse. Diantara semua ruangan yang gelap, hanya ruangan itulah yang terlihat terang. Dari jauh Velyn bisa melihat cahaya lampu yang keluar lewat sela-sela pintu ruangan itu.
Penasaran, Velyn pun memutuskan untuk menghampiri ruangan tersebut.
Masih dengan mulut yang menghisap rokok, Velyn lanjut mengambil jepitan jedai hitam dari kantong celananya. Ia buru-buru menggulung rambutnya naik, lalu menjepit rambutnya asalan.
Setibanya di depan ruangan itu, tanpa basa-basi lagi Velyn sontak membuka pintu tersebut.
Tampaklah sosok Arthur yang tengah berdiri memegang pistol sambil mengarahkan benda itu ke papan shooting target. Dan seperti biasa, Arthur hanya mengenakan celana jeans panjang tanpa baju yang menutupi tubuh bagian atasnya.
Mendengar suara pintu terbuka, sukses membuat Arthur menoleh ke asal suara. Detik selanjutnya, seberkas senyuman terpancar dari wajah Arthur begitu ia melihat Velyn berdiri di depan pintu.
Ia pun langsung berjalan mendekati Velyn, lalu mencium pipi Velyn sekilas.
Cup!
"Ku kira kau tak akan pulang," ucap Arthur setengah berbisik.
Velyn tak menggubris Arthur. Ia justru terpaku melihat rak senjata api yang terletak di pojok ruangan itu.
Velyn kemudian mengangkat dua jarinya untuk menarik batang rokok dari mulutnya, beralih memandangi Arthur.
"Pistol mu banyak." Velyn menatap Arthur lekat.
Memalingkan wajah, Arthur terkekeh pelan sembari memegangi hidungnya. "Aku suka mengoleksi pistol."
Velyn hanya mengangguk pelan sambil ber-ohria.
Tanpa meminta izin dari Arthur, Velyn pun sontak menerobos masuk ke dalam ruangan itu. Ia langsung berjalan mendekati rak senjata api yang ia rasa menarik.
"Ternyata seorang Arthur suka mengoleksi pistol," tutur Velyn seraya memperhatikan jejeran pistol yang ada di hadapannya.
"Tentu! Kalau suka mengoleksi jalang, Jason namanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
VELUNA [SELESAI]
Romance"Pada dasarnya, menikah dengan musuh bukanlah jalan menuju balas dendam." [𝙎𝙚𝙦𝙪𝙚𝙡 𝘽𝙖𝙮𝙞 𝘿𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣] [𝘿𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝]