Chapter ini isinya 5000 words!! Spesial buat kalian yang udah nungguin up VELUNA. Huhuhuu sayang banget sama kalian. Semoga kalian nggak pernah bosen yaa baca cerita ini. Selamat membaca♡
•••
Lima tahun kemudian.
"Oh, mereka masih tidur," gumam wanita paruh baya yang baru saja memasuki salah satu ruangan yang tampak gelap.
Dengan sepasang piyama satin abu-abu serta celemek berwarna hitam, wanita itu pun mulai melangkah mendekati nakas yang terletak di samping kasur berukuran king size. Tak lupa juga ia membawa cake yang dilumuri selai stroberi.
Dari tempatnya berdiri, ia dapat melihat sosok pria berpakaian yang sama dengannya tengah terlelap diantara dua anak kecil yang juga masih tertidur pulas. Ia kemudian menyalakan ponselnya yang berada di atas nakas.
"Ah, aku telat 20 menit," gumamnya kala melihat jam pada ponsel itu sudah menunjukkan pukul 12:20 AM.
Tak mau berlama-lama lagi, wanita itu pun langsung saja menekan salah satu tombol remote hingga membuat ruangan yang tadinya gelap berubah menjadi terang karena lampu.
"HAPPY BIRTHDAY, PARA KESAYANGAN MOMMY!!" teriak wanita yang tak lain dan tak bukan adalah Velyn.
Suara yang menggelegar dari Velyn sontak saja membuat ketiga orang yang tadinya tertidur mendadak terbangun. Secara bersamaan mereka mengubah posisinya menjadi duduk.
"Thanks, Mom." Arvel memicingkan matanya menatap Velyn sebab cahaya lampu yang terlalu terang. Setelah itu, ia kembali menjatuhkan kepalanya di atas bantal.
"Hey boy, jangan tidur dulu." Arthur menarik tangan anak lelakinya itu membuat si empunya kembali terduduk.
"Mommy memberikan kami kejutan?!" Alyn tersenyum ceria sambil meraba udara di depannya seolah mencari keberadaan sang mommy.
"Iya, Sayang. Mommy memberikan kalian kejutan," balas Velyn antusias.
Ia kemudian mengulurkan kedua tangannya untuk memberikan kue buatannya itu kepada Arthur. Dan dengan senang hati Arthur menerimanya.
"Mommy di sini," lanjut Velyn sebelum memeluk tubuh Alyn.
"Thank you, Mommy," tutur Alyn sembari mengelus belakang Velyn.
Dengan mata sayup-sayup, Arvel tersenyum tipis saat melihat aksi saling berpelukan itu. Sesekali ia menguap lalu memeluk lengan sang daddy. Refleks Arthur menoleh ke samping begitu merasakan tangannya terasa berat.
"Tumben kau memelukku," pungkas Arthur.
"Anggap saja ini hadiah ulang tahun Daddy. Bukankah Daddy sudah tua? Kasihan sekali." Arvel berbicara dengan mata terpejam.
Arthur mengernyit ngeri memperhatikan Arvel. Entah sifat siapa yang anak itu ikuti.
Lama saling berpelukan, Alyn pun menjauhkan badannya hingga membuat pelukan itu berakhir.
"Kenapa punggung Mommy basah? Mommy keringatan?" tanya Alyn.
"Yap, Mommy baru selesai membuatkan kalian kue tar spesial dan eksklusif untuk kalian."
Perempuan yang kini menginjak usia lima tahun itu kemudian bertepuk tangan riang saat mendengar perkataan mommy nya.
"Pantas saja wajahmu kotor," timpal Arthur sembari menghapus jejak krim serta selai dari wajah Velyn.
"Daddy?" Alyn memutar badannya hingga menghadap pada sang daddy. Ia kemudian meraba tangan Arthur sebelum memeluk lengan pria itu dari samping. "Happy birthday, Dad!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
VELUNA [SELESAI]
Romance"Pada dasarnya, menikah dengan musuh bukanlah jalan menuju balas dendam." [𝙎𝙚𝙦𝙪𝙚𝙡 𝘽𝙖𝙮𝙞 𝘿𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣] [𝘿𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝]