"Oops, sorry." Luna tersenyum kikuk sembari melepaskan pelukannya dari Daren.
Daren tak menggubris. Matanya malah terfokus pada benda pipih yang sekarang ia pegang.
"Rusak," gumamnya.
Ia pun memasukkan benda itu ke dalam kantong jas nya, lalu berbalik badan hendak menuju mobilnya.
Merasa kebingungan, Luna pun langsung mengikuti langkah jenjang pria tersebut. "Hey, apa yang kau lakukan pada ponselku?"
"Akan diperbaiki."
Mendengar hal itu, Luna semakin mempercepat langkahnya hingga akhirnya posisinya sejajar dengan Daren.
"Tak perlu. Biar aku saja yang-" Perkataan Luna terhenti saat Daren sudah masuk ke dalam mobil.
Sambil memperhatikan kaca hitam jendela mobil milik Daren, Luna mematung di tempatnya. Sesekali matanya mengerjap sebelum akhirnya jendela itu terbuka hingga menampakkan wajah tampan seorang Daren.
"Kau ingin memberikan hp ini padaku?" tanya Daren secepat kilat membuat Luna buru-buru menggeleng kepala.
"Tidak."
"Lalu kenapa masih berdiri di sana?"
Luna mengernyit tipis seolah tak paham maksud perkataan Daren.
Daren kemudian mengalihkan pandangannya dari wajah Luna sambil berkata, "Naik."
Merasa perintah itu bukan ditujukan kepadanya, Luna pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Mencari orang lain yang mungkin sedang diperintahkan naik oleh Daren.
"Kau," lanjut Daren.
"Aku?" tanya Luna sembari menunjuk dirinya sendiri.
Bukannya menjawab, Daren malah menekan-nekan klakson mobilnya berulang kali.
TIN TIN TIN!!
Oh, sekarang Luna paham. Ternyata dirinya lah yang disuruh naik oleh Daren. Dan terpaksa, ia pun berjalan mengitari mobil Daren untuk naik ke kursi penumpang bagian depan, tepat di samping Daren yang berada di kursi kemudi.
"Siapa suruh kau duduk di situ?" tanya Daren tanpa menoleh ke arah Luna.
Shit.
Sontak saja Luna mengepal kuat tangannya upaya menahan malu. Bisa-bisanya dengan percaya diri ia duduk di kursi ini. Huh! Luna lupa bahwa sekarang ia sedang bersama Daren, bukan Galen.
"Maaf," ujar Luna lalu kembali membuka pintu mobil.
Sayangnya pintu mobil itu tidak terbuka karena Daren lebih dulu menguncinya.
"Aku tak suka mengulur waktu," ucap Daren sambil menyalakan mesin, serta menancapkan gas hingga mobil itu melaju keluar dari garasi tempat parkiran mobil.
Tentu saja perkataan Daren tadi berhasil membuat Luna semakin naik pitam. Ia tak mengerti maksud pria itu. Percayalah, jika saja pria yang duduk di sampingnya ini adalah Galen, sudah dipastikan bahwa Luna tak akan segan-segan menarik telinganya.
Ngomong-ngomong soal Galen, Luna jadi merindukan pria itu. Diantara teman-teman Velyn, Galen lah satu-satunya teman Velyn yang sangat dekat dengan Luna.
Hal itu dikarenakan dulu saat dirinya dan Velyn masih duduk di bangku sekolah dasar, Velyn sering membawa teman-temannya itu bermain di mansion Daddy mereka. Dan hanya Galen lah yang selalu membantu Luna jika Luna kesusahan. Entah itu kesusahan dalam bermain, ataupun dalam pelajaran.
Sedangkan Daren, lelaki itu sangat cuek sejak dulu. Ah, lebih tepatnya hanya cuek pada dirinya. Faktanya Daren lebih banyak bicara jika sedang bersama Velyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELUNA [SELESAI]
Romance"Pada dasarnya, menikah dengan musuh bukanlah jalan menuju balas dendam." [𝙎𝙚𝙦𝙪𝙚𝙡 𝘽𝙖𝙮𝙞 𝘿𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣] [𝘿𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝]