VL⁴⁶ - Pengkhianat

23K 3.9K 1.4K
                                    

BRAK!!

Untuk kesekian kalinya Velyn mendobrak pintu. Namun, lagi-lagi ia tak mendapati siapapun setelah memeriksa semua ruangan yang ada di mansion Arsean.

"Shit!" Velyn menendang kasar pintu itu.

Sungguh ia benar-benar terkejut setelah mendapatkan telepon dari salah satu anak buah Arsean yang mengatakan bahwa orangtuanya itu tiba-tiba saja menghilang dari mansion.

Velyn dapat memastikan bahwa kejadian ini pasti ulah dari kelompok sialan itu.

"Mereka tidak ada, Sayang. Aku sudah memeriksa semua ruangan di bawah," pungkas Arthur yang baru saja menghampiri Velyn di lantai atas.

Velyn membuang napas kasar. Ia pun segera memperbaiki jaket jeans hitam nya sebelum bergegas menuruni anak tangga. Begitupun dengan Arthur yang juga berjalan tergesa-gesa, mengikuti langkah Velyn dari belakang.

"Bagaimana?" tanya Velyn sembari memperhatikan anak buah Arsean satu persatu.

"Kami tidak menemukan mereka, Nyonya."

"Sial, sial, sial!" Velyn berjalan mondar-mandir sambil memegangi keningnya yang terasa sedikit pening.

"Sebentar, apa kalian yakin mereka menghilang begitu saja? Tanpa jejak?" tanya Arthur pada segerombolan pria itu.

"Sama sekali tak ada jejak, Tuan. Bahkan semua rekaman CCTV pun tiba-tiba menghilang," jawab salah satunya.

"Dasar anak buah tak berguna! Kenapa kalian hanya berwaspada di luar saja, huh?! Seharusnya kalian juga berjaga-jaga di dalam mansion ini, bodoh!!" bentak Velyn membuat semua pria berseragam hitam itu menundukkan kepala.

Melihat wajah Velyn yang mulai merah, Arthur pun langsung mengusap punggung wanita itu upaya menenangkannya.

"Jangan terlalu emosi, Honey. Kau harus tenang. Ingat, kau sedang hamil," gumam Arthur berusaha selembut mungkin.

Velyn melirik Arthur dengan napas yang semakin memburu.

"Mommy dan Daddy ku hilang, Arthur! Bagaimana bisa aku harus tenang?! Aku begini karena aku tak mau bernasib sama seperti Mommy ku. Pada akhirnya dia kehilangan keluarganya karena ulah kelompok sialanmu itu."

"Tapi sekarang situasi nya berbeda, Velyn. Bisa jadi mereka mencuri orang tuamu hanya untuk menjadikan umpan agar kau mau keluar dari penthouse."

Velyn menjentikkan jarinya sambil menunjuk Arthur. "Umpan yang bagus! Sekarang aku sudah terpancing."

Detik selanjutnya, Velyn langsung mendekati salah satu pria bertubuh besar yang ada di depannya. Sontak ia meremas kuat kerah kemeja pria itu.

"Siapa saja yang terakhir kali ada di mansion ini, hm?" tanya Velyn dengan ekspresi dinginnya.

"H-hanya ada Tuan Dirga, Arsean, dan Nyonya Zara, Nyonya." Pria itu bergetir ketakutan.

"Kau yakin tak ada yang lain?"

"Ada Nyonya!" timpal anak buah yang lain. "Tadi aku sempat melihat Nona Luna datang ke sini."

Lantas rahang Velyn semakin mengeras begitu mendengar nama Luna.

Ia pun segera mendorong tubuh pria itu, lalu beralih mengambil ponselnya dari kantong celananya. Ia berniat ingin menghubungkan sambungan telepon kepada Luna.

Tak butuh waktu lama untuk Luna menjawabnya.

"V-Vel—"

"Bajingan kau Luna! Dimana kau sembunyikan Daddy dan Mommy ku, hah?!!"

VELUNA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang