Setelah dua minggu berlibur di Bali, kini mereka sudah kembali ke Los Angeles. Hal itu dikarenakan Arsean yang tidak bisa meninggalkan D-Zanta Corp terlalu lama. Begitupun dengan Arthur yang mempunyai tugas mendadak di perusahaan elektronik nya.
"Mommy Wolfy, wajahmu semakin pucat," ucap Arthur saat Velyn tengah memasangkannya dasi.
"Wajahku memang seperti ini," balas Velyn yang tampak serius melilit dasi hitam di kerah kemeja Arthur.
"Wajahmu terlihat berbeda, Sayang." Dengan ekspresi khawatir, Arthur mengangkat kedua tangannya guna merengkuh wajah sang istri. "Kau tidak apa-apa, kan?"
Velyn tak berniat untuk senyum. Ia buru-buru melepaskan tangan Arthur dari wajahnya, lalu memutar tubuh pria itu dan mendorongnya keluar dari kamar.
"Sudah kau pergi saja. Nanti kau akan terlambat kerja." Velyn mencium pipi Arthur sekilas sebelum menutup dan mengunci pintu kamarnya.
Arthur pun hanya mengendikkan bahunya tak acuh, lalu beranjak menuruni anak tangga.
Jika biasanya Arthur mengenakan suit untuk bekerja di kantor, namun kali ini penampilannya cukup berbeda. Dengan kemeja putih yang dimasukkan ke dalam celana jeans hitam serta lengan kemeja yang dilipat sebatas pinggangnya. Tak lupa juga dasi hitam yang mengalung rapih di kerah kemejanya.
Percayalah, setelan Arthur seperti ini justru menambah daya tariknya.
"ROMA!!" teriak Arthur saat dirinya tiba di lantai bawah.
"Roma? Roma siapa Tuan?" Jason menggaruk kepalanya kebingungan.
"Dokter yang kemarin kau ambil di bandara itu. Bukannya dia menginap di sini?"
"Namanya Marko, Tuan. Bukan Roma."
"Ck! Sama saja. Dimana dia?"
"Masih tidur, Tuan."
"Suruh dia periksa Velyn. Aku harus berangkat ke kantor sekarang." Arthur melirik jam tangannya sebelum melanjutkan langkahnya untuk keluar dari penthouse.
•••
"Ugh—!! HUEK...."
Velyn memuntahkan segala isi perutnya untuk kesekian kalinya. Sekarang sudah pukul 12 siang. Semenjak kepergian Arthur ke kantor, Velyn tak kunjung keluar dari toilet. Bahkan suara muntah wanita itu terdengar sampai luar hingga membuat Jason dan Marko kepanikan.
"NYONYA, BUKA PINTUNYA DULU!!" teriak Jason mengetuk pintu kamar sang bos.
"HUEK... Damn it! Sebenarnya ada apa denganku?!" Sembari memperhatikan pantulan dirinya lewat cermin, Velyn kemudian membasuh seluruh wajahnya.
"NYONYA, IZINKAN AKU UNTUK MEMERIKSA KEADAAN MU." Marko ikut berteriak.
Sialan.
Tak mendengar sahutan dari Velyn malah membuat Jason diserang rasa panik. Ia pun buru-buru mengambil ponselnya untuk menghubungkan sambungan telepon kepada sang bos.
Awalnya Arthur tak menjawab telepon itu. Namun, Jason tak menyerah begitu saja. Ia terus menelfon bos nya hingga pada telponan ke lima, Arthur akhirnya menerima panggilan tersebut.
"Kau mengganggu rapatku, bodoh! Cepat katakan ada apa?!"
"Tuan! Disini Nyonya Velyn muntah muntah. Dia tidak mau keluar dari kamar. Aku takut dia—"
Tut tut tut....
Arthur langsung memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELUNA [SELESAI]
Romance"Pada dasarnya, menikah dengan musuh bukanlah jalan menuju balas dendam." [𝙎𝙚𝙦𝙪𝙚𝙡 𝘽𝙖𝙮𝙞 𝘿𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣] [𝘿𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝]