⚠️ Buat pembaca yang mudah jijik atau lagi makan, disarankan untuk tidak membaca chapter ini. Sekian, terima Arthur.
•••
Tiba di tempat parkiran club, Velyn pun segera beranjak keluar dari mobilnya. Club tak begitu ramai karena sekarang masih pagi. Biasanya pagi-pagi begini hanya Velyn dan teman-temannya lah yang akan mengisi club milik Ivan ini.
Masih dengan jubah mandinya, Velyn mulai melangkah masuk ke dalam club tersebut. Ia sudah mengajak semua temannya untuk berkumpul di sini, termasuk Bryan sendiri.
Baru saja Velyn membuka pintu ruangan VVIP, ia langsung disuguhi pemandangan Bryan yang tengah duduk di sofa.
Velyn mengernyit kebingungan memperhatikan sekelilingnya. Ia heran. Biasanya semua temannya akan datang lebih dulu sebelum Velyn. Namun, kali ini Velyn hanya melihat Bryan seorang. Bahkan Ivan sang pemilik club pun tak terlihat di sana.
"Velyn," gumam Bryan sambil tersenyum sumringah.
Velyn menatap Bryan datar. Ia pun memajukan langkahnya agar lebih dekat dengan Bryan.
Tiba saat dirinya sudah berdiri di hadapan Bryan yang tengah duduk, sontak saja Velyn melayangkan sebuah tinjuan tepat di hidung Bryan.
BUGHH!!!
Bryan meringis sembari memegang hidungnya yang kini mengeluarkan cairan darah. "Velyn! Ada apa denganmu?!!"
BUGHH!!
Sekali lagi Velyn meninju Bryan, tepat di bagian yang sama. Kerasnya pukulan dari Velyn tentu membuat tulang hidung Bryan sedikit memiring.
"Apa-apaan kau ini?!" Bryan mendongakkan kepalanya, menatap Velyn tak paham.
Velyn terkekeh pelan sebelum ikut duduk di samping Bryan. Ia menepuk-nepuk punggung Bryan sambil berkata, "Tak usah pura-pura tidak tahu."
Samar-samar kerutan di kening Bryan mulai menghilang. Ia kemudian menoleh ke arah Velyn dengan ekspresi sedihnya. Beberapa detik kemudian, Bryan langsung tertawa lepas di depan wajah Velyn.
Hal itu tentunya membuat Velyn semakin naik pitam.
"Sudah ku duga. Pasti kau tau semua ini dari Luna, kan?" Bryan menyandarkan punggungnya dan menyilangkan kakinya di atas meja.
Velyn hanya bergeming. Menunggu Bryan melanjutkan perkataannya.
"Bukankah dari dulu aku sudah bilang bahwa aku mencintaimu? Kau tidak pernah percaya padaku, Velyn," tutur Bryan santai.
Velyn menggeleng tak percaya. "Ayolah Bryan, kau tahu kan kalau aku tidak akan mau menjalin hubungan dengan sahabat ku sendiri. Jangankan kau, bahkan Daren pun aku tolak demi pertemanan kita."
Bryan tersenyum miris. "Sekarang kau sudah membenciku. Itu artinya kita tidak ada ikatan pertemanan lagi. Jadi, sekarang kau bisa menerima cintaku, kan?"
"Setelah kau menghancurkan karirku, kau pikir aku akan menerimamu? Cuih!"
"Aku tidak akan melakukan hal itu jika saja kau tidak pergi bulan madu bersama Arthur."
Bryan pun mengubah posisinya menjadi menghadap pada Velyn. Ia meraih tangan wanita itu sambil berkata, "Saat itu aku sangat terpukul, Velyn. Kau tidak tau seberapa sakitnya hatiku saat melihat wanita yang aku cintai ternyata lebih memilih pria lain."
PLAAAKK!!
Velyn menampar pipi Bryan hingga membuat wajah pria itu menoleh ke samping.
"Apa kau gila?!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
VELUNA [SELESAI]
Romance"Pada dasarnya, menikah dengan musuh bukanlah jalan menuju balas dendam." [𝙎𝙚𝙦𝙪𝙚𝙡 𝘽𝙖𝙮𝙞 𝘿𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣] [𝘿𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝]