Terik matahari pagi mulai menembus celah-celah tirai jendela kamar, menyinari wajah sepasang suami-istri yang tak kunjung membuka mata. Velyn yang merasa tergganggu atas sinar matahari itu pun menggeliat, menarik bantal milik suaminya lalu menutupi wajahnya dengan bantal itu.
Hal itu tentunya membuat si empunya bantal malah terbangun.
Dengan posisi tidur menghadap sang istri, Arthur mengerjapkan matanya beberapa kali. Samar-samar ia melihat Velyn yang masih tertidur pulas dengan keadaan tubuh yang terselimuti serta wajah yang tertutupi oleh bantal.
Tangan Arthur perlahan bergerak menyingkirkan bantal dari wajah Velyn. Detik selanjutnya, terlukis senyuman manis di bibir Arthur kala wajah cantik Velyn terpampang jelas di depan matanya.
"Good morning, Mommy Wolfy," ucap Arthur dengan suara serak khas baru bangun tidur.
Dengan dahi yang sedikit mengerut, Velyn perlahan membuka matanya. Namun, selang beberapa detik ia kembali menutup mata saat merasakan cahaya matahari menyoroti wajahnya.
Seakan paham, Arthur pun langsung menarik selimut agar tak hanya menutupi tubuh mereka melainkan juga wajah mereka. Demikian, keduanya pun terlihat seperti menyelinap di dalam selimut.
Tak lama kemudian, terdengar suara cekikikan dari Arthur. Mendengar suara itu membuat Velyn refleks membuka matanya. Seketika matanya membola sempurna begitu melihat Arthur yang tengah menundukkan kepala, memperhatikan tubuh Velyn yang tak tertutupi oleh sehelai benang.
"OH SHIT!!" Secepat mungkin Velyn menyingkirkan selimut yang menutupi kepalanya dan juga kepala Arthur.
"Untuk apa malu? Aku sudah melihat semuanya." Arthur menaik turunkan kedua alisnya nakal.
Velyn menggeleng pelan sebelum kembali menutup matanya. Ah, rasa kantuknya belum juga hilang mengingat ia dan Arthur baru bisa tidur saat jam tiga dini hari.
"Bangun, Mommy Wolfy!! Ini sudah pagi."
Arthur pun menggeser posisinya agar lebih dekat dengan Velyn. Ia lalu mencium bibir Velyn berulang kali, berharap agar wanita itu segera bangun.
Nyatanya, Velyn masih tak kunjung membuka matanya. Arthur pun hanya bisa menghela napas pasrah sebelum bangkit dari kasur dan beranjak menuju kamar mandi. Huh! Padahal ia berniat ingin mandi bersama istri tercintanya.
Setelah lama bergelut dengan air hangat, tiba-tiba...
"AAKHH!!!" jerit Velyn kesakitan.
Mendengar suara teriakan Velyn dari luar, sontak membuat Arthur terkejut sekaligus panik. Dengan cepat ia menyudahi kegiatan mandinya dan buru-buru memakai jubah mandi untuk keluar menghampiri sang istri.
Hal yang pertama kali Arthur lihat adalah sosok Velyn yang tengah berjongkok di lantai dengan keadaan tubuh yang tertutupi oleh selimut.
"Ada apa denganmu?" tanya Arthur khawatir.
Velyn meringis sambil terkekeh pelan. "Sshh... Hehehe, kaki ku kesemutan."
Arthur mengangkat sebelah alisnya. "Kau yakin?"
Velyn mengangguk cepat sembari mengangkat jempolnya pertanda ia baik-baik saja.
"Jason?" tukas Velyn menoleh ke arah pintu membuat Arthur pun ikut menoleh ke sana.
Tanpa membuang-buang waktu lagi, Velyn spontan melompat masuk ke kamar mandi dengan selimut yang masih menutupi tubuhnya. Walau keadaan selangkangannya terasa sangat perih, namun Velyn masih bisa menahan rasa sakitnya.
BRAK!!
Mendengar suara keras dari bantingan pintu refleks membuat Arthur kembali memutar wajahnya menghadap ke kamar mandi. Ia cengengesan lucu saat tak melihat keberadaan Velyn di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELUNA [SELESAI]
Romance"Pada dasarnya, menikah dengan musuh bukanlah jalan menuju balas dendam." [𝙎𝙚𝙦𝙪𝙚𝙡 𝘽𝙖𝙮𝙞 𝘿𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣] [𝘿𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝]