Malam pun tiba.
Kini Velyn, Daren, Galen, Ivan, Aaron, dan juga Bryan sudah berkumpul di depan gerbang besar kediaman Richard Handerson.
Kali ini penampilan Velyn sedikit berbeda. Jika biasanya wanita itu sering menggunakan pakaian oversize ataupun jaket kulit, sekarang ia menggunakan gaun berwarna merah muda.
Ivan pun sudah memoles make up tipis-tipis di wajah Velyn membuat perempuan itu tampak dua kali lipat lebih cantik.
"Testpack nya mana?" tanya Velyn pada teman-temannya yang serempak menggunakan tuxedo.
Daren pun memberikan sekantong plastik yang berisi 20 batang testpack yang memperlihatkan dua garis merah.
"Testpack siapa ini?" tanya Velyn lagi.
"Aku menyuruh jalang yang bekerja di club Ivan untuk memakai semua testpack itu."
"Pfftt...." Galen menutup mulutnya untuk menahan tawa.
Melihat Galen, sontak Aaron berdecak sebal. "Kau harus bisa menahan tawamu, Galen. Bagaimana kalau Pamanmu nanti akan curiga?"
"Oke oke, aku akan berusaha." Galen kembali merapikan jasnya sembari merubah ekspresinya menjadi lebih serius.
"Dan kau Bryan." Aaron beralih menatap Bryan yang sedari tadi diam termenung. "Ekspresi mu jangan terlalu sedih seperti itu."
"Binatang! Wajahku memang seperti ini," cetus Bryan tak terima.
Mendengar kata binatang membuat Galen gagal menahan tawanya. "BAHAHAHAHAHA BINATANG."
"Ssttt!!" Velyn menyentuhkan jari telunjuknya ke bibirnya membuat Aaron langsung mengangkat tangannya upaya menutup mulut Galen.
Dengan berhati-hati Velyn berjalan mendekati sebuah tombol bel yang ada di tembok ujung gerbang itu.
Menggunakan sandal hak tinggi membuat Velyn sedikit kesusahan berjalan. Jika bukan karena rencananya, rasanya ia ingin melempar sandal ini jauh-jauh.
Menyusahkan sekali!
"Jangan dipaksa kalau tak bisa." Daren memegang punggung Velyn sedikit khawatir.
"Aku bisa," balas Velyn yakin sambil melanjutkan langkahnya pelan-pelan.
"Kalau kau tak bisa, kita tukaran baju saja, Vel! Pakaian ini sangat gerah, huh!!" Ivan mengipas-ngipasi tubuhnya dengan menggerakkan jas hitamnya.
Daren mengangguk setuju karena sejujurnya ia takut Velyn akan merasa risih menggunakan gaun pendek itu.
"Tidak! Aku bisa, tenang saja." Velyn tetap ngotot dan sampailah ia di depan tombol bel yang menempel di tembok.
Ia segera memencet tombol tersebut hingga akhirnya gerbang besar itu dibuka oleh dua orang satpam.
"Apa saya boleh bertemu dengan Tuan Richard Handerson?" tanya Velyn dengan suara yang amat lembut kepada dua pria bertubuh besar itu.
Satpam itu kemudian melirik ke belakang Velyn. Terlihat lima orang pria dengan setelan formal sedang berdiri sigap di sana.
"Maaf Nona, Tuan Richard sedang ada tamu penting," ucap salah satu satpam yang berkepala botak.
Sialan! Melihat pria botak itu membuat Galen susah payah menahan tawanya.
"Saya juga tak kalah penting." Velyn pun mengulurkan tangannya pada Bryan dan dengan cepat Bryan memberikan sebuah koran pada wanita itu.
Sambil berusaha mengeluarkan air matanya, Velyn memperlihatkan koran tersebut pada kedua satpam itu. Tampaklah foto Velyn yang sedang dipeluk oleh Peter.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELUNA [SELESAI]
Romance"Pada dasarnya, menikah dengan musuh bukanlah jalan menuju balas dendam." [𝙎𝙚𝙦𝙪𝙚𝙡 𝘽𝙖𝙮𝙞 𝘿𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣] [𝘿𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝]