Langit kini berubah menjadi gelap pertanda malam telah tiba.
Dari jam sebelas siang sampai jam tujuh malam, tamu undangan tak henti-hentinya gentayangan di pantai. Tak hanya keluarga, namun juga rekan kerja Velyn, Arthur, Richard, Arsean, bahkan rekan Dirga sekalipun yang jauh-jauh datang dari negara lain untuk hadir di pernikahan ini.
Benar-benar diluar dugaan Velyn.
Padahal dirinya berharap pernikahan ini dilakukan sederhana saja. Kalau begini, jatuhnya dia sedang menipu banyak orang.
Dan sekarang, Velyn sudah berada di kamar hotelnya.
Hotel ini adalah milik Richard Handerson.
Keluarga Arthur dan juga keluarga Velyn sudah sepakat untuk menginap di hotel itu selama satu malam. Mengingat pernikahan ini dilakukan di kota San Francisco yang sudah pasti akan memakan waktu yang cukup lama jika harus pulang ke Los Angeles.
Masih dengan gaun putih serta sneakers hitamnya, Velyn berbaring telungkup di atas kasur.
Hiasan bunga mawar yang tadinya berbentuk hati, kini berubah menjadi abstrak karena ditindih oleh Velyn. Ia tak ambil pusing. Yang dia inginkan sekarang hanyalah istirahat.
"Semangat, Velyn! Satu langkah lagi," gumamnya lemas dengan mata setengah tertutup.
Namun, tiba-tiba saja matanya kembali terbuka lebar begitu ia merasakan perutnya seperti ditusuk-tusuk.
"AAARRGGHH!!" Velyn menjerit sambil memegang perutnya.
Tentu teriakan Velyn yang keras membuat semua keluarganya berbondong-bondong lari menghampiri kamar Velyn.
Dengan kuat Velyn mengigit bibir bawahannya upaya menahan teriakan. Sungguh ia tak tahan. Jika terjadi seperti ini, Velyn bisa tebak bahwa tamu bulanannya sudah datang.
Rasanya ia ingin memplester anu nya agar tak keluar darah. Huh! Menjadi wanita memang sangat ribet.
Tak lama setelah itu, pintu kamarnya pun terbuka. Velyn dapat melihat Zara, Arsean, Luna, Richard, Helen, serta Peter yang berdiri mengelilingi kasurnya.
"Kenapa, Sayang?!!!" panik Zara seraya memegang kepala Velyn.
Bukannya menjawab, Velyn malah melakukan atraksi salto di atas kasur.
Sesaat kemudian semua orang terdiam memperhatikan Velyn.
Ralat, tak semua orang. Peter memilih bertepuk tangan melihat aksi keren Velyn barusan. Ini adalah kali pertama bagi Peter melihat wanita melakukan atraksi salto menggunakan gaun pengantin.
Sangat menakjubkan.
"Liar," bisik Richard pelan dan langsung mendapatkan cubitan pelan dari sang istri.
"Kamu kenapa?!!" Zara semakin panik kala melihat wajah Velyn mulai memerah.
"Ck! Hanya menstruasi."
Semua orang yang berdiri di sana pun sontak terkejut mendengar jawaban wanita itu.
"Menstruasi?" Helen menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. "Itu tandanya ...."
"KAU KEGUGURAN?!!" pekik Zara cepat dengan mata yang membola sempurna.
Shit! Velyn lupa tentang hal yang satu itu. Sambil melipat mulutnya ke dalam, Velyn merutuki dirinya sendiri.
Merasa ada yang aneh, Luna menyipitkan matanya menatap Velyn curiga. "Apa jangan-jangan... Kau sebenarnya memang tak hamil?"
Arsean yang sedari tadi diam pun langsung memegang kedua pundak Luna dan mendorong wanita itu untuk keluar bersamanya dari kamar Velyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELUNA [SELESAI]
Romance"Pada dasarnya, menikah dengan musuh bukanlah jalan menuju balas dendam." [𝙎𝙚𝙦𝙪𝙚𝙡 𝘽𝙖𝙮𝙞 𝘿𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣] [𝘿𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝]