VL²⁸ - Benci

27.3K 4.2K 3.2K
                                    

Tepat di sebuah taman yang letaknya di belakang rumah Richard, tampaklah sosok wanita berambut lurus nan panjang dengan dress putih selutut yang melekat di tubuh rampingnya. Wanita itu terlihat berjalan mondar-mandir seperti sedang menunggu kedatangan seseorang.

Tak lama kemudian, yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang. Mendengar suara langkah kaki dari belakang sontak membuat wanita itu berbalik badan. Ia tersenyum ceria begitu melihat kedatangan Lily bersama Arthur.

"Terima kasih, Lily," ucap wanita yang tak lain adalah Luna.

Lily mengangguk antusias. "Sama-sama."

Kini Luna beralih menatap Arthur. Ia ikut memamerkan senyuman termanisnya kepada Arthur. Namun sayangnya, Arthur sama sekali tak membalas senyuman itu. Ekspresi pria itu terlihat sangat datar.

"Um... Lily, boleh aku bicara berdua dengan Kakakmu?" izin Luna.

"Tentu, Kakak Ipar. Kenapa tidak?" goda Lily sebelum beranjak pergi.

Mendengar Lily memanggilnya dengan sebutan 'Kakak Ipar' tentunya membuat Luna tersipu malu. Ia melipat bibirnya ke dalam upaya menahan senyumnya.

"Cepat katakan apa tujuanmu memanggilku," pungkas Arthur dingin.

"Aku ingin menawarkanmu sesuatu yang menarik. Kemarin Pamanmu mengajakku untuk bergabung di kelompok Tifon, tapi aku menolaknya. Jadi sekarang aku ingin mengajakmu kerja sama. Aku hanya ingin membantumu untuk mewujudkan impianmu. Kau ingin menjadi pemimpin Tifon, bukan?"

Arthur diam bersedekap sambil menunggu Luna melanjutkan perkataannya.

"Kata Pamanmu, salah satu syarat menjadi ketua Tifon yaitu merebut perusahaan D-Zanta Corp. Huh! Itu terlalu mudah bagiku. Itu sebabnya aku menolak masuk Tifon karena sudah pasti aku yang akan menjadi pemimpinnya. Setelah tau bahwa kau sangat berambisi ingin menjadi ketua Tifon, aku berniat ingin mengajakmu kerja sama," jelas Luna.

"Aku bisa melakukannya sendiri," balas Arthur masih dengan wajah datarnya.

"Ayolah Sayang, kita harus kerja sama. Aku sudah terlanjur membenci keluargaku. Ck! Mereka terlalu pilih kasih."

"Itu bukan urusanku."

Luna membuang napas kasar mendengar perkataan Arthur. Sungguh, Luna merasa sangat kesal melihat respon seadanya dari pria itu. Dengan tingkat percaya diri di atas rata-rata, Luna kemudian meraih tangan Arthur.

"Aku tau kalau kau masih mencintaiku, Arthur. Kau tidak bisa mengelak," ucap Luna lembut sembari menggerakkan jempolnya di punggung tangan Arthur.

Arthur tertawa miris. Ia pun sontak melepaskan tangannya dari genggaman Luna, lanjut memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana.

"Kau hanya membuang-buang waktu ku saja."

Setelah memperbaiki dasinya, Arthur memutar badan hendak melangkah pergi dari sana. Namun, dengan cepat Luna mencegatnya.

Luna sontak menarik tangan Arthur hingga membuat pria itu kembali berhadapan dengannya. Tanpa aba-aba, Luna mengalungkan tangannya di leher Arthur dan langsung melumat bibir pria itu dengan kasar.

Spontan mata Arthur membola sempurna karena terkejut. Melihat keberanian Luna berhasil membuat Arthur naik pitam.

Sekuat tenaga, Arthur mendorong tubuh Luna membuat wanita itu refleks menjauh. Detik selanjutnya, ia sontak mendaratkan sebuah tamparan yang cukup keras hingga berhasil mengenai pipi mulus Luna.

PLAK!!

"Akkhh!!" Luna memegang pipinya yang kini terasa panas akibat tamparan tadi.

Terlepas dari tamparan itu, Arthur lanjut mengangkat tangannya untuk menjambak rambut Luna. Melihat Luna meringis kesakitan justru membuat rahang Arthur semakin menegang. Ia terus menjambak rambut Luna tanpa ampun.

VELUNA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang