Seiring berjalannya waktu, Arthur dan juga Velyn tak pernah lagi keluar dari penthouse. Dan sialnya, berita kehamilan Velyn sudah tersebar di keluarga mereka.
Jason lah yang telah memberitahukannya.
Semenjak kehamilan Velyn beberapa hari yang lalu, Arthur kini memutuskan untuk melakukan semua tugas kantornya di ruang kerja yang ada di penthouse nya. Hal itu dikarenakan sang istri yang memintanya sendiri.
"Aku tak mau jauh-jauh darimu."
Kurang lebih seperti itu yang dikatakan Velyn semalam pada Arthur.
Percayalah, akhir-akhir ini Velyn menjadi lebih sensitif. Terkadang ia bermanja-manjaan dengan suaminya, marah-marah tidak jelas saat melihat wajah Jason, bahkan sampai menangis melihat rambut Marko yang tak kunjung tumbuh.
Arthur tak ambil pusing. Marko sendiri yang mengatakan bahwa ibu hamil memang seperti itu karena pengaruh hormon.
Ngomong-ngomong soal Marko, Arthur sudah membayar pria itu untuk menjadi dokter pribadi yang akan merawat Velyn.
"Kapan aku selesai kerja kalau kau begini terus?" Arthur bergumam pelan tepat di telinga Velyn.
Bagaimana suaminya tidak terganggu? Pasalnya Velyn kini berada di pangkuan Arthur yang tengah duduk di kursi kerja. Wanita itu asyik memeluk sang suami yang tampak sibuk memperhatikan layar laptop.
Velyn senang membenamkan wajahnya di leher Arthur. Aroma maskulin yang menguar dari kulit pria itu membuat Velyn merasa tenang. Sesekali ia menciumi leher Arthur membuat sang empunya terkekeh geli.
"Mommy Wolfy, kau mengganggu pekerjaanku." Arthur memelas membuat Velyn sontak menjauhkan wajahnya dari leher pria itu.
Masih dengan tangan yang setia mengalung di leher Arthur, Velyn melemparkan tatapan tajam pada suaminya. "Kau tidak suka ku peluk?!"
"Bukan begitu, Sayang. Sekarang aku sedang sibuk. Nanti setelah pekerjaanku selesai baru kau bisa memelukku sepuasnya."
Dengan pipi yang menggembung, Velyn pun kembali menjatuhkan wajahnya di pundak Arthur. Ia tak peduli. Ia justru semakin mengeratkan pelukannya seolah tak mau mendengar perkataan Arthur.
"Kenapa kau jadi keras kepala begini, hmm?" tanya Arthur pelan.
"Aku tak mau jauh darimu," jawab Velyn dengan suara yang dibuat-buat sedih.
Arthur menghela napas panjang. Pasrah, ia pun mengangkat tangan kirinya untuk mengusap belakang istrinya, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk memainkan mouse laptop.
"Tuan, aku kasihan melihatmu dari luar. Aku mendengar Nyonya Velyn seperti mengganggu aktivitas kerjamu," ujar Jason yang baru saja masuk ke ruang kerja Arthur.
Arthur melengkungkan bibirnya ke bawah seolah memohon agar Jason membantunya.
Sebenarnya Arthur senang saat istrinya sedang manja begini. Hanya saja, situasi sekarang berbeda. Ia harus menyelesaikan tugasnya yang sudah banyak ia tumpuk sejak beberapa bulan yang lalu.
"Nyonya, apa kau mau bermain dengan kami?" tanya Marko yang berdiri di samping Jason.
Spontan Velyn menoleh ke belakang sambil memicingkan matanya. "Bermain apa? Bermain dengan kalian sangat membosankan."
"Kali ini pasti Nyonya akan menyukainya. Tadi aku tak sengaja melihat banyak senapan di ruang sebelah. Bagaimana kalau kita bermain di sana?" tutur Marko dan langsung diangguki oleh Jason.
"Bermain pistol?" Mata Velyn berbinar-binar membayangkan betapa kerennya dia saat memegang senjata itu. "Baiklah aku mau!!"
Secepat mungkin Velyn melepaskan pelukannya dari Arthur, lalu melompat turun dari pangkuannya suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELUNA [SELESAI]
Romance"Pada dasarnya, menikah dengan musuh bukanlah jalan menuju balas dendam." [𝙎𝙚𝙦𝙪𝙚𝙡 𝘽𝙖𝙮𝙞 𝘿𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣] [𝘿𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝]