📌 Kacamatan Kuta, Bali, Indonesia
Pagi ini, Velyn, Arthur, Arsean, dan juga Zara telah sampai di sebuah villa yang letaknya tak jauh dari Pantai Kuta. Setelah perjalanan panjang dari Los Angeles ke Bali, semalam mereka memutuskan untuk menginap di sebuah hotel. Itu sebabnya pagi ini mereka baru bisa mencari villa terdekat dari pantai.
"Wah, pasti murah." Arthur memandangi villa di depannya dengan wajah biasa saja.
"Kalau kau tidak mau, cari saja tempat lain." Arsean memutar bola matanya malas. Begitupun dengan Arthur yang juga tak suka melihat keberadaan Arsean.
Sosok pria yang tadinya berdiri di samping Arsean pun hanya terkekeh pelan. Ia kembali memperbaiki udeng —Pengikat kepala khas Bali— sebelum berkata, "Walaupun bagi Tuan ini tidak mahal, tapi kualitas villa ini sangat terjamin."
"Yasudah, biar aku saja yang bayar." Arthur hendak mengeluarkan dompetnya, namun dengan cepat Arsean menahan.
"Aku saja. Uangku lebih banyak," timpal Arsean ikut-ikutan mengeluarkan dompet.
"Ck, uangmu itu tidak ada apa-apanya."
"Menantu macam apa kau ini?!"
"Sudahlah, seharusnya kau bersyukur memiliki menantu kaya raya seperti aku."
Velyn dan Zara yang melihat pertengkaran antara suami mereka hanya bisa menggeleng pelan. Jujur saja mereka sangat capek. Pasalnya, sejak berangkat dari LA sampai tiba di Bali, dua pria itu tak henti-hentinya adu mulut seperti anak kecil.
"Arthur, biarkan saja Daddy Velyn yang membayarnya. Kau bisa bantu aku membawa barang-barang ini?" pungkas Zara sembari menenteng tas besarnya.
Dengan cepat Arthur memasukkan dompetnya ke dalam saku celana. "Tentu saja, Mommy! Sini biar aku yang bawa."
Belum sempat Arthur mengambil tas besar tersebut, Arsean sontak menepis tangannya. Hal itu membuat mata Arthur membola tidak terima.
"Ada apa dengan Paman ini?!" gerutu Arthur sebal.
"Sudah, kau saja yang bayar." Arsean mengambil alih tas dari tangan istrinya, lalu menenteng tas tersebut seperti tak ada beban.
Tak mau kalah, Arthur pun langsung merampas tas itu dari tangan Arsean. "Tak usah repot-repot. Paman saja yang bayar."
"Kau ini mau jadi menantu durhaka?!"
Arsean berkacak pinggang sambil memperhatikan Arthur dengan ekspresi kesalnya. Percayalah, walau umur pria itu hampir setengah abad, tetap saja wajahnya terlihat seperti bocah yang menggemaskan. Pipi gembulnya itu menolak keriput.
"Paman mau jadi mertua durhaka? Sudah, dengarkan saja perkataan menantu." Arthur kemudian memeluk tas besar itu seolah tak membiarkan Arsean untuk merebutnya lagi.
"Sudahlah Arsean, kau ini sudah tua. Ada baiknya kau mengalah. Oke?" Zara tersenyum ceria sambil mencubit kedua pipi suaminya.
Melihat Arsean mendengus sebal membuat bibir Arthur tercetak senyum kemenangan. Ia pun menjulurkan lidahnya seakan mengejek sang mertua sebelum melenggangkan langkahnya untuk masuk bersama dengan Zara dan Velyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELUNA [SELESAI]
Romance"Pada dasarnya, menikah dengan musuh bukanlah jalan menuju balas dendam." [𝙎𝙚𝙦𝙪𝙚𝙡 𝘽𝙖𝙮𝙞 𝘿𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣] [𝘿𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝]