Kini Velyn dan teman-temannya sudah berkumpul di tempat biasa, yaitu club milik Ivan. Entah mengapa kali ini suasananya terasa lebih aneh. Tak biasanya Velyn mengajak temannya berkumpul di pagi hari seperti ini.
Mereka yang tadinya sibuk bekerja terpaksa meluangkan waktu sejenak demi bertemu Velyn. Itu sebabnya Daren, Galen, Aaron, dan juga Bryan datang ke club masih dengan setelan kantoran. Hanya Ivan dan Velyn saja yang menggunakan pakaian santai.
Awalnya mereka semua ingin menolak ajakan Velyn, namun mengingat sahabatnya yang satu ini sedang mengalami musibah, jadi mau tak mau mereka semua menurut saja.
Kalaupun tak ada musibah pastinya mereka tetap tak berani menolak. Oh ayolah, mereka sudah menganggap Velyn layaknya adik mereka sendiri. Walau terkadang wanita itu bersikap seperti adik durhaka yang kapan saja bisa mencabut nyawa burung siapapun.
"Sudahlah Velyn, kau ikhlaskan saja VioleTics," ujar Galen seraya menepuk-nepuk punggung Velyn yang tengah duduk di sampingnya.
Aaron mengangguk cepat seolah mengiyakan perkataan Galen. "Lagipula kau masih punya D-Zanta Corp."
Velyn hanya bisa menghela napas panjang sambil memijat-mijati pelipisnya sendiri. Ia kemudian menoleh pada Ivan yang sedang sibuk memakai alat make up.
"Ivan, suruh pelayanmu bawa kemari semua jenis whiskey," tutur Velyn anteng.
Ivan sontak menghentikan kegiatan berdandan nya, ia beralih menoleh kearah Velyn. "Ah, tadi malam stok whiskey, scotch, dan vodka sudah habis. Kalau kau mau sunset rum-"
"Tak masalah. Bawakan saja kemari," potong Velyn cepat.
Ivan pun mengangguk sebelum meraih ponselnya untuk mengirimkan pesan kepada sang pelayan agar segera membawa satu botol sunset rum ke ruangannya.
"V-Velyn, apa kau gila?" Bryan melongo tak percaya.
Sama seperti Bryan, Aaron dan Galen pun ikut menganga menatap Velyn. Oh, sepertinya kehilangan VioleTics membuat wanita itu ikut kehilangan akal.
Detik itu juga Daren sontak menoyor kepala Ivan yang berada di sampingnya. "Apa-apaan kau ini?!! Kau menawarkan Velyn sunset rum?"
"Hm? Memangnya kenapa?" heran Ivan.
"Kau tau kan berapa kadar alkohol minuman itu?"
Dengan santainya Ivan menjawab, "85%"
Sekali lagi Daren mendorong kepala Ivan ke samping. Waria yang satu ini memang benar-benar bodoh. Minuman berkadar alkohol sebanyak 40 persen saja sudah cukup membuat mabuk. Apalagi sebanyak 85 persen? Dia ingin membunuh Velyn atau bagaimana?
Karena merasa kesal, Aaron pun bangkit dari duduknya upaya ikut menoyor kepala Ivan. Begitupun dengan Galen dan Bryan.
"HAHAHAHA, LAGI LAGI LAGI!!" seru Galen sambil menoyor kepala Ivan lagi.
Dengan senyuman sumringah, Aaron dan Bryan ikut-ikutan. Sembari tertawa puas, mereka berdua mendorong kepala Ivan ke kanan dan ke kiri secara bergantian membuat sang empunya sontak berdiri tidak terima.
Geram, Ivan pun langsung menjambak rambut Aaron dan Bryan dengan kedua tangannya.
"AKH... SHHH... LEBIH CEPAT," desah Aaron membuat Galen detik itu juga tergelak tawa seraya salto belakang.
"Astaga, kau-" Baru saja Bryan membuka suara, dengan cepat tangan Ivan mencomot bibir Bryan hingga membuat mulut pria itu tertutup rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELUNA [SELESAI]
Romance"Pada dasarnya, menikah dengan musuh bukanlah jalan menuju balas dendam." [𝙎𝙚𝙦𝙪𝙚𝙡 𝘽𝙖𝙮𝙞 𝘿𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣] [𝘿𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝]