VL¹⁵ - Khawatir

29.2K 4.7K 1.5K
                                    

Pagi ini Velyn sudah bersiap-siap. Soal semalam, Velyn sama sekali tidak tidur. Ia memilih menghabiskan malamnya di depan kandang serigala sambil menghabiskan satu bungkus rokok.

Dan sekarang, dengan setelan kemeja putih oversize serta celana jeans biru, Velyn berdiri di samping ranjang kasur. Ia menggeleng pelan melihat Arthur yang masih tertidur pulas dengan keadaan telungkup.

"Arthur," panggil Velyn.

Tak ada jawaban dari Arthur.

Merasa kesal, Velyn pun mengguncang tubuh Arthur berharap agar si empunya segera bangun.

Merasa kesal, Velyn pun mengguncang tubuh Arthur berharap agar si empunya segera bangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya tubuh pria itu bergerak. Dengan suara serak khas baru bangun tidur, Arthur berdehem sebagai sahutan.

"Hmmm?"

Velyn menghela napas panjang melihat Arthur yang tak kunjung membuka matanya. Ia pun meraih kedua tangan Arthur, lalu menariknya membuat posisi pria itu berubah menjadi duduk.

"Apa?" Arthur mendongakkan kepalanya menatap Velyn sayup-sayup. Ia kemudian terkekeh kecil melihat penampilan Velyn.

"Kau memakai baju ku lagi?"

Kepala Velyn mengangguk cepat. Sembari tersenyum tipis, Velyn merengkuh wajah Arthur. Senyumannya semakin lebar kala melihat rambut berantakan serta muka bantal Arthur.

Ketampanan pria itu sama sekali tidak pudar.

"Kau masih belum mau bangun?" tanya Velyn tanpa melepaskan kedua tangannya dari pipi Arthur.

Dengan mata setengah tertutup, Arthur menggeleng pelan.

Velyn pun sedikit membungkukkan tubuhnya agar wajahnya bisa sejajar dengan wajah Arthur.

Tanpa aba-aba ia langsung mencium pipi kanan Arthur secepat kilat.

Cup!

Hal itu sontak membuat mata Arthur membola sempurna. Ia mematung di tempat seolah tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Aku lapar. Dimana pelayanmu?" tanya Velyn seraya menoleh ke arah pintu.

Bukannya menjawab, Arthur malah memukul-mukul pipinya sendiri berulang kali. Astaga, ia berharap ini bukan mimpi.

Setelah merasakan sakit akibat pukulan kecil di pipinya, Arthur pun buru-buru turun dari kasur. Ia lalu berdiri di depan Velyn membuat wanita yang ada di hadapannya itu langsung mengernyit heran.

"Kau tadi mencium pipiku kan?" tanya Arthur memastikan.

Velyn mengangguk mantap. "Kenapa? Kau mau lagi?"

Tanpa menunggu persetujuan dari Arthur, Velyn sedikit menjinjitkan kakinya, lalu mengecup pipi kiri Arthur.

Cup!

VELUNA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang