Dengan langkah jenjangnya, Arthur beranjak pergi meninggalkan club Ivan. Ia berniat ingin membawa Velyn ke sebuah supermarket yang kebetulan letaknya hanya di seberang jalan saja.
Tak lupa juga tangan Arthur yang setia ia gunakan untuk menahan bokong Velyn agar tidak lepas dari gendongannya. Entah karena memang ia sedang panik, atau sedang mencari kesempatan dalam kesempitan.
Hanya Arthur yang tau isi otaknya sekarang.
Percayalah, jika saja Velyn sadar, mungkin sudah dipastikan bahwa tangan Arthur yang berani memegang bokongnya akan patah saat itu juga. Namun sekarang keadaan nya berbeda. Velyn sama sekali tak menghiraukan hal itu. Ia justru semakin mengeratkan lingkaran kakinya di pinggang Arthur. Tak lupa juga tangannya yang ikut memeluk leher sang suami.
"Suami," panggil Velyn.
"Hm?" sahut Arthur tanpa menghentikan langkahnya.
Pria itu sibuk menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tak ada kendaraan yang lewat. Dengan begitu ia bisa menyeberangi jalanan hingga akhirnya tiba di depan supermarket.
"Kenapa?" tanya Arthur sebelum melangkah masuk.
"Rambutmu seperti Rapunzel." Velyn terkekeh geli begitu tangannya memainkan rambut bagian belakang Arthur.
Arthur mengernyit heran. "Rapunzel? Padahal aku lebih suka Dora."
Melengkungkan bibirnya ke bawah, Velyn mengangkat tangannya hendak memukul kepala Arthur. Bukannya mengenai kepala Arthur, ia malah memukul wajahnya sendiri.
"Selamat datang, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang wanita kasir begitu Arthur tiba di dalam supermarket.
"Berapa harga supermarket ini?" tanya Arthur langsung pada intinya.
Mendengar perkataan Arthur membuat sang kasir refleks menelan ludahnya. Ia memperhatikan Arthur dengan ekspresi terkejut sekaligus kebingungan.
"Tuan? Anda ingin menipu saya?"
"Kau meragukan ku?" Arthur tertawa remeh. "Seharusnya kau bisa mencium aroma uang dari tubuhku."
Dengan santainya Arthur menurunkan tubuh Velyn dari gendongannya, lalu merogoh kantong celananya untuk mengambil sebuah dompet.
"Ah, aku hanya bawa segini," ucap Arthur anteng sambil meletakkan lima black card ke atas meja kasir. "Cukup?"
"Astaga Tuan, supermaket ini tidak dijual. Memangnya apa yang Anda mau beli?" Sang kasir menggeleng tak habis pikir.
"Es krim," jawab Arthur seadanya.
Dengan senyum terpaksa, sang kasir pun mengangkat kedua tangannya dengan ramah seolah menunjukkan lemari es krim kepada Arthur.
"Tuan bisa mengambil es krim nya di sana."
"Ck! Intinya aku mau supermarket ini."
Karena sibuk berdebat dengan sang kasir, Arthur sampai tak sadar bahwa Velyn sudah tak ada di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELUNA [SELESAI]
Romance"Pada dasarnya, menikah dengan musuh bukanlah jalan menuju balas dendam." [𝙎𝙚𝙦𝙪𝙚𝙡 𝘽𝙖𝙮𝙞 𝘿𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣] [𝘿𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝]