Epilog (VEL-)

36.6K 3.6K 1.4K
                                    

📍Bern City, Switzerland

Tahun demi tahun telah Velyn lewati bersama keluarga kecilnya. Seiring berjalannya waktu, ia mulai merasa ada yang kurang. Semenjak kepergian Luna 20 tahun silam, Velyn menjadi lebih sering menyendiri.

Sekarang Velyn tak lagi berada di Los Angeles. Ia dan keluarga kecilnya memutuskan untuk pindah ke Swiss mengingat perusahaan Arthur juga pindah ke negara tersebut. Mereka tinggal di sebuah rumah yang satu-satunya berdiri di kaki gunung mati, alias tidak aktif.

Rumah tak bertingkat namun megah. Di depan rumah tersebut terdapat jalanan aspal yang telah dibuat khusus dari kediaman Arthur hingga terhubung ke jalan raya. Di samping kanannya pula terdapat garasi luas tempat koleksi mobil serta motor mereka. Dan di samping kiri rumah itu terdapat sungai jernih serta pepohonan rindang. Sedangkan di bagian belakang rumah menghadap langsung ke arah gunung yang sekilas mirip dengan gunung fuji.

Ditambah pepohonan serta rerumputan hijau di sekitaran rumah mereka hingga memamerkan keindahan alam Switzerland, alias Swiss.

Jika ditanya kenapa hanya ada rumah mereka di sana, tentu jawabannya karena Arthur yang telah membeli tanah serta kawasan itu. Mereka bergelimang harta. Jadi tak perlu heran lagi.

Dan malam ini, wanita berumur 46 tahun itu terlihat duduk menyendiri di kursi taman belakang rumah. Di temani dengan lampu temaram kuning serta tiupan angin salju.

Dari sana, Velyn dapat memandangi pepohonan serta rerumputan yang sudah tertimbun oleh salju. Malam ini udara terasa sangat sejuk hingga membuatnya harus menggunakan mantel.

Perlu kalian ketahui, walaupun umur Velyn hampir memasuki setengah abad, namun tak ada perubahan dari wanita itu. Kecantikan, sifat, dan penampilannya masih tetap sama seperti dulu.

"Masuk. Cuaca semakin dingin."

Mendengar suara bariton dari pintu belakang, sontak membuat Velyn menoleh. Ia dapat melihat sosok Arthur yang berdiri di ambang pintu masih dengan setelan formalnya.

Velyn tersenyum kecil sebelum kembali memalingkan wajah. "Kau sudah pulang?"

"Seperti yang kau lihat." Arthur memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana sebelum kaki jenjangnya itu mulai melangkah mendekati sang istri.

Arthur kemudian ikut serta duduk di samping wanita itu. Ia lalu mengubah posisinya menjadi berbaring dan menjatuhkan kepalanya di paha Velyn.

"Aku sengaja mengajakmu ke Swiss agar kau melupakan semua masa lalu mu." Arthur menatap lekat wajah Velyn dari bawah. "Ada kehidupan yang harus kau jalani, Sayang."

Velyn menghela napas panjang hingga menampakkan asap yang keluar dari hidung mancungnya. "Arthur, tidakkah aku terlalu jahat?"

Kedua alis tebal Arthur hampir menyatu, pertanda pria itu kebingungan.

"Aku tidak pernah berbuat baik untuk Luna. Aku pernah berniat ingin membunuhnya bahkan aku juga yang telah membunuh Ayah kandungnya. Tapi, kenapa dia malah berani mendonorkan matanya untuk anakku? Aku merasa bersalah, Arthur. Sekarang aku tidak tahu harus membalas kebaikannya dengan apa."

Arthur hanya bergeming sembari memejamkan matanya.

Ia sangat bosan mendengar perkataan yang terus dilontarkan wanitanya itu. Sejak anak mereka umur 5 tahun hingga kini berumur 25 tahun, istrinya itu selalu mengatakan hal yang sama.

"Luna jahat, tapi dia juga baik. Kau mengerti maksudku kan, Arthur?"

"Hmmm."

"Secara tidak langsung Luna selalu ada di setiap kisah yang kujalani. Mulai dari masalah pernikahan. Bukankah dia sempat menyukai mu juga? Lalu masalah Tifon, dia juga ada."

VELUNA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang