Masih dengan suasana langit gelap, Arthur pun langsung membawa Velyn dan kedua anaknya pulang.
Arthur sangat tak betah jika berlama-lama di rumah sakit. Padahal Dokter menyarankan untuk menginap beberapa hari mengingat Velyn baru saja melahirkan. Tetapi Arthur tetap bersiteguh. Selain tak nyaman, jika menyangkut tentang kesehatan sang istri, Arthur bisa saja menyuruh puluhan dokter sekaligus untuk datang ke penthouse nya.
"Kau jangan banyak bergerak," tukas Arthur yang tengah mengendarai mobil sambil sesekali melirik Velyn yang duduk di sampingnya.
Wanita yang tengah menggendong dua bayi itu pun spontan menoleh pada sang suami. "Aku tidak nyaman duduk."
Tercetak senyuman manis di bibir Arthur sebelum satu tangannya terangkat guna mengelus puncak kepala Velyn. "Baiklah, nanti kita akan singgah membeli dan mengganti mobil yang lebih nyaman."
"Ck, bukan begitu maksudku." Velyn menampakkan wajah memelas. "Tanganku terasa kram karena menggendong dua bayi sekaligus, Arthur."
Refleks Arthur menghentikan mobilnya di pinggir jalan, lalu segera mengubah posisi duduknya menjadi menghadap Velyn. Ia cukup prihatin melihat wajah istrinya yang masih pucat pasih. Belum lagi wanita itu harus menggendong dua bayi dalam keadaan duduk sampai mereka tiba di Los Angeles. Pasti sangat melelahkan.
"Kau tau, aku sangat tersiksa saat tadi melihatmu berteriak kesakitan." Arthur menekan salah satu tombol hingga membuat sandaran kursi Velyn perlahan menurun. "Aku tidak terbiasa karena sebelumnya kau bahkan hampir tak pernah mengeluh kesakitan seperti tadi."
"Jujur saja tadi itu sangat sakit, Arthur. Terlebih saat dokter memasukkan—"
Seketika Velyn menghentikan ucapannya begitu Arthur mengecup bibirnya secepat kilat.
"Tak usah bawa-bawa dokter itu," pungkas Arthur sembari mengelus pelan pipi Velyn.
"Kenapa?"
Arthur menghela napas panjang lalu mengambil alih Alyn dari atas tubuh Velyn. "Dia lebih bodoh dari Marko. Rasanya aku ingin membunuhnya saat melihat dia membuang napas. Apalagi saat mengatakan 'Tetapi... Tetapi...' huh! Benar-benar dokter gila."
Velyn terkekeh pelan seraya memperbaiki posisi Arvel agar bertelungkup di depan dadanya. Rasanya lebih nyaman dengan posisinya sekarang, bertelentang di atas kursi yang menjadi panjang.
Arthur pun menggendong tubuh Alyn menggunakan satu tangan, sedangkan tangan yang lain ia gunakan untuk memegang setir mobil. Sesekali ia menunduk untuk melihat wajah putrinya. Arthur tersenyum tipis sebelum mencium pipi gadis mungil itu.
"Maafkan Daddy," gumam Arthur sangat pelan sebelum mobil itu kembali melaju.
Setelah lama bergelut dengan angin jalan, Arthur beserta keluarga kecilnya pun akhirnya tiba di Los Angeles tepatnya di sebuah apartemen milik Arthur.
Velyn tertidur selama perjalanan. Begitu pula dengan Arvel dan Alyn. Mau tak mau Arthur harus menyuruh salah satu penjaga apartemen agar membawa kedua anaknya naik ke penthouse. Sedangkan dirinyalah yang akan membopong tubuh sang istri.
Begitu tiba di dalam penthouse, mereka langsung disambut oleh Jason dan Marko. Dua pria yang baru saja tersadar setelah lama tertidur dalam pengaruh obat bius.
"YA AMPUN, ADA APA DENGAN NYONYA VELYN?!" teriak Marko.
"Sssttt!! Kecilkan suaramu, bodoh! Dia sedang tidur," jawab Arthur sambil berjalan menuju kamarnya.
"Wah, ada bayi!!" seru Jason kala melihat seorang satpam menggendong dua bayi. "Franky, dimana kau pungut anak kecil ini?"
"ITU ANAKKU, JASON SIALAN!!" teriak Arthur dari lantai atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELUNA [SELESAI]
Romance"Pada dasarnya, menikah dengan musuh bukanlah jalan menuju balas dendam." [𝙎𝙚𝙦𝙪𝙚𝙡 𝘽𝙖𝙮𝙞 𝘿𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣] [𝘿𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝]