30. Moment

28.7K 3.8K 467
                                        

Haiiiiiiiii

Koreksi kalau ada typo yaa!

****

Dira menggenggam tangan Dendra erat. Infus, dan ventilator masih terpasang. Ditambah monitor disamping ranjang yang menyala. Gadis itu menoleh kearah Chalya. Sama-sama diam menatap Dendra dengan raut sedih.

"Gue malu pas lo tau hal itu," ujar Chalya kepada Dira.

"Lo marah sama gue Kak," ujar Dira pelan.

Chalya tersenyum miris. "Siapa sih yang gak marah lihat orang yang dia sayang kaya gini? Mama Papa juga ngerasain Dir."

"Gue sayang sama Kak Dendra kak, lo gak tau gimana jadi gue. Dijauhin keluarga sendiri? Itu sakit banget," ujar Dira dengan mata berkaca-kaca.

"Dan lo gak tau gimana hancurnya hati Mama sama Papa saat lihat anak laki-lakinya kecelakaan karena anak kesayanganya."

Ucapan yang menampar bagi Dira. Gadis itu mengangguk pelan paham dengan ucapan Chalya. Dendra seperti ini karenanya, itu sama sekali tak salah. Tak salah jika kedua orangtuanya ikut membencinya kan?

"Gue gak tau perasaan itu hadir darimana. Lo lebih disayang sama Dendra daripada gue, dan rasa cemburu itu ada," ujar Chalya membuka pembicaraan lagi setelah Dira diam.

Matanya menatap kearah Dendra lagi, Dira menghela nafas sedih. "Lo masih suka Kak Dendra?" tanya Dira. Terdengar lancang, tapi dia ingin tau.

Chalya menahan nafas tampak kaget. Gadis itu berfikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Dira.

"Gak, gue suka sama orang lain."

****

Cowok itu mengusap wajahnya pelan sambil duduk di sofa. Tubuhnya benar-benar lelah, dia sangat sibuk disekolah, mempersiapkan acara yang hanya tinggal beberapa hari lagi dilaksanakan.

"Gue pikir gak ada yang ribet dari kasus lo," ujar Allard. Cowok itu memakai kaos hitam polos, dan mengikuti gerakanya yang duduk santai di kursi.

"Ya yang kaya kita tau, Papa lo selingkuh, sama aja kaya Papa gue," kata Allard menjelaskan.

Erlan mengangguk pelan. "Mungkin," ujarnya menanggapi Allard.

Cowok itu bangkit dari duduknya. Berjalan menuju dapur. Dia sedang berada dirumah Allard sekarang, setau Erlan. Bagas, Papa Allard berada dirumah. Tapi dia kurang yakin jika Aurel juga berada disini. Jika iya, maka gadis itu akan menampakkan diri sedari tadi.

"Erlan."

Panggilan itu membuat Erlan menoleh. Mendapati Bagas yang menatap tajam kearahnya. Tepat sekali saat Erlan ingin menemui laki-laki paruh baya itu.

"Erlan mau bicara," ujar Erlan meneruskan percakapan.

Papa Allard tampak tegang, sedangkan Erlan berusaha tenang sambil mendudukkan dirinya di kursi ruang kerja Bagas.

"Kenapa Erlan?"

"Dulu, Om janji sama saya bakal ngasih tau sesuatu yang berhubungan dengan keluarga saya kan? Hanya dengan syarat, saya jagain Aurel." Erlan menghentikan ucapanya. Tatapanya menajam.

"Ya, terus? Kenyataanya sampai sekarang kamu gak konsisten jagain Aurel."

"Bahkan sampai sekarang, saya gak tau apa yang mau Om ungkapin. Saya gak peduli masalah keluarga saya kaya gimana. Jadi, jangan bebanin saya dengan Aurel lagi," ujar Erlan mantap. Dari perkataan Allard sampai memikirkan Dira. Erlan kira ini yang terbaik, dia lebih memilih mencari tau sendiri apa yang dirahasiakan Bundanya daripada hidupnya penuh masalah. Bertengkar dengan Allard, dan tentang hubunganya yang tak ada kemajuan dengan Dira.

SENIOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang