44. Menjenguk Dendra

7.4K 845 75
                                    


Happy reading!

Tandai jika ada typo ya!

****

Erlan membenarkan posisi tasnya sambil menoleh kearah Seina. "Dira kenapa?"

"Loh kok malah elo nggak tau?" Cibir Seina. Gadis itu memasukkan buku novelnya kedalam tas. "Gue sebenarnya juga nggak tau. Tapi kata anak-anak yang ada didepan gerbang kemarin bilang dia dijemput ayahnya gitu. Makanya dia pergi waktu festival kemarin."

Memang, sekolah tidak meliburkan siswa-siswinya setelah acara ulangtahun sekolah. Alasanya karena anak-anak saat acara juga hanya bersenang-senang, jadi hari berikutnya adalah jadwal seperti biasa. Dan hari ini Dira tidak berangkat menjadi pertanyaan besar.

Erlan awalnya berfikir bahwa Dira hanyalah kelelahan setelah masalahnya juga acara kemarin. Dia juga banyak menelfon Dira yang tidak diangkat sama sekali, bahkan hari ini juga. Maka Erlan memilih menghampiri Seina yang dia lihat sedang duduk dikantin membaca novel saat jam pulang selesai.

"Gue telfon dia nggak diangkat." Ujar Erlan. "Dijemput ayahnya?" tanya cowok itu yang mendapat anggukan dari Seina.

Erlan diam, tampak berfikir. Dari cerita Dira saat dirumah sakit kemarin, cowok itu menjadi tau bahwa hubungan Dira dan keluarganya memiliki masalah. Dan alasan apa tiba-tiba ayah gadis itu menjemputnya?

"Sama Chalya?" tanya Erlan sekali lagi.

"Chalya?" Seina berfikir sebentar.

Gue lihat Dira pergi sama Chalya, masuk mobil yang sama. Dan kayaknya itu ayahnya.

"Iya," ujar Seina pasti saat kembali mengingat ucapan anak yang dia tanyai kemarin.

Seina menatap Erlan menyelidik. Dari raut wajahnya sepertinya cowok itu tau apa yang terjadi dengan Dira. "Lo tau? Dia kenapa?"

"Ada apa?" Suara Allard mengintrupsi pembicaraan mereka berdua. Cowok itu datang dengan tas dipunggungnya serta wajah yang masih sayup mengantuk, sudah pasti dia tidur saat jam pulang tadi.

Melihat Allard, Erlan langsung menggelengkan kepalanya. "Nggak tau," ujar Erlan menjawab meski dia sudah menebak beberapa hal tentang Dira.

Melihat Dira dan ayahnya apalagi dengan Chalya yang jarang berintraksi tiba-tiba dijemput dan pulang bersama, Erlan yakin ini ada hubunganya dengan Dendra. Entah dalam hal baik atau hal yang buruk.

"Nanti gue hubungin," lanjut Erlan. Jika dia berniat pergi kerumah sakit memastikan ada tidaknya Dira, ada baiknya mengajak Seina.

Seina menghela nafas. "Oke."

"Ada apa?" Tanya Allard sekali lagi merasa dirinya dicueki. Cowok itu menatap Erlan tajam yang dibalas kedikan acuh. Melihat Erlan yang berlalu pergi, Allard menatap Seina.

"Itu Dira," ujar Seina menjelaskan. Tanganya menggandeng tangan Allard dengan pasti, mengajaknya pergi keluar area kantin untuk pulang.

****

"Ada yang sakit?"

"Kakak udah baik-baik aja kan?"

Dendra tersenyum hangat melihat wajah khawatir Chalya serta Dira yang tampak tak berubah sejak awal dia membuka mata. "Sakit sih, tapi udah gak papa," ujarnya membalas.

Dendra sama sekali tidak memungkiri rasa sakit yang masih menjalar diseluruh tubuhnya. Bahkan rasanya untuk bergerak saja perlu dengan hati-hati agar rasa sakit itu tidak semakin menjadi-jadi. Dia tak terlalu membicarakan masalah ini ke keluarganya, berhasil membuka mata dari koma saja dia benar-benar bersyukur.

SENIOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang