8. Dira Baper?

58.4K 7.5K 1K
                                        

"PR lo udah Dir?"

Dira menoleh, menatap Yara yang mengangkat buku tulis miliknya. Bel akan berbunyi berberapa menit lagi. Dan Yara belum membuar PR yang ditulis minggu kemarin?

"Udah, lagian kenapa nggak dari kemarin sih?!" ujar Dira sedikit kesal. Walaupun dia tak pintar pintar amat, apalagi masih belum paham kalau sudah menyangkut matematika, tapi gadis itu selalu berusaha sebisa mungkin untuk jadi yang terbaik.

"Hehe, maap. Lupaan terus gue," Yara mulai terdiam mengambil buku tulis Dira. Mencatatnya kilat sebelum bel berbunyi.

"Ikut Yar! Gue belum njir!!" teriak Winda tiba-tiba menduselkan tubuhnya di bangku Yara. Membuat Dira mengalah, ia bangkit menyuruh Winda duduk dibangkunya. Kemudian Dira sendiri memilih keluar kelas.

Duduk dibangku panjang depan kelas bukan pilihan yang buruk, dan itu yang Dira pilih. Menatap para Senior maupun orang seangkatanya berwira-wiri.

"Wihh, Kak Chalya tuh? Ngapain coba nempel-nempel sama Kak Erlan,"

Samar-samar telinganya mendengar hal itu, Chalya? Erlan? Yang ia tau Erlan itu adalah cowok yang beberapa hari ini sering ditemuinya.

Matanya menoleh ke arah kiri. Pantesan daritadi pada brisik, orang cowok yang dijadiin idola pada jalan dikoridor. 6 orang itu berjalan bersisihan, ditambah seorang perempuan yang sedari tadi berjalan di samping Erlan yang tampak cuek bebek.

Mata mereka bertatapan secara tak sengaja. Tatapan Erlan tetap sama, datar dan dingin. Berbeda dengan teman-temanya yang sudah berisik dari tadi.

Seorang siswi cantik berjalan pelan didepan Dira. Cewek itu menoleh, tersenyum manis sambil mengucap sesuatu tanpa suara. "Hai,"

Dira hanya tersenyum. Pandanganya mengikuti langkah gadis itu.

"Akh! Sialan! Allard bego! Matanya dipake dong!!" maki gadis itu.

Dira ditempatnya terkekeh pelan melihat reaksinya. Tapi kemudian berhenti saat mata Erlan dari tadi menatapnya terus-terusan. Dira bukanya PD, tapi emang itu kenyataanya. Dan hal itu membuat pipinya memanas secara tiba-tiba.

Tapi kembali memfokuskan perhatianya pada dua orang yang sudah adu mulut. Cowok yang pakaiannya paling urakan itu membalas secara ngegas.

Dira meninggalkan tatapanya, membuka ponselnya tak peduli mereka lewat secara santai didepanya.

Satu notifikasi masuk, nomer tak dikenal. Dira membukanya.

+6221

Kenapa? Baper gue lihatin?

Dira langsung menolehkan pandanganya ke arah Erlan yang hanya sudah hanya kelihatan punggungnya yang berjalan menjauh. Dia yakin itu Erlan kan?

"Eh," ujarnya reflek saat kepala Erlan menoleh menatapnya. Mengedipkan matanya sebelah yang malah disambut histeris siswi-siswi dibelakangnya.

Setelah sadar Dira tersenyum, pipinya panas. Sialan!

_ _ _

"JENOOO!! BALIKIN BUKU GUE SIALAN!!" teriak Dira keras-keras melihat Jeno, teman cowok sekelasnya yang jahil minta ampun.

"MAU NYONTEK DULU DIR! NTARAN NAPA!!"

Dira yang tak terima langsung mengejar Jeno yang berlari keluar kelas. Koridor lumayan ramai. Tapi Dira tak malu, toh kebanyakkan dari orang seangkatanya.

"JENOOO! PUNYA GUE JELEK NILAINYA!!"

Teriak-teriak dikoridor memamng mempunyai sensasi sendiri bagi Dira. Malu, soalnya banyak yang natep aneh kearahnya.

Dira terdiam masih mengejar Jeno sekuat tenaga. Tapi dibelokan koridor tubuhnya terhuyung kebelakang.

"LO JALAN PAKE MATA APA KAKI?!"

Mata Dira mengerjap. Lah kalau jalan pakai keduanya kan. Tapi karena teriakan perempuan itu membuat banyak siswa-siswi yang langsung bergerombol kearahnya.

"Maaf Kak," kata Dira pelan mencoba bangkit walaupun terasa sakit. Matanya menatap Chalya, salah satu anggota Osis yang baru saja ditabraknya.

"Maaf lo buat apa emang?" Chalya maju selangkah. Berdecih menatap Dira tajam, sinis dan jijik.

"Lagian kan nggak lecet tuh tubuh, lah gue sakit badanya." balas Dira berani. Emang bener.

"Junior jangan belagu!"

Dira terdiam, bukan karena ucapan Chalya. Tapi melihat benda panjang yang menggantung dileher Chalya. Hanya sebuah kalung, tapi tatapan Dira langsung meredup begitu saja.

"Ya, maaf," kali ini Dira tak membela lagi. Gadis itu menunduk dalam merasakan sesak didadanya.

Sorakan dari para siswi dan seniornya yang ikut bergerombol membuat Dira memejamkan mata.

"Cantik iya sih, tapi kasar sama kakak kelas!"

"Dia nggak sengaja, kenapa lo nggak terima?" suara datar itu membuat semuanya diam. Menatap kaget Erlan.

Cowok itu memang hanya berkata tanpa ekspresi dan datar. Tapi justru hal itu yang membuat mereka langsung kicep.

"Tubuh lo nggak papa, dia jatuh. Kenapa lo yang marah?!"

Dira menatap Erlan dari samping. Sedikit tak percaya saat cowok itu membelanya. Astaga! Sudah berapa kali Erlan menyelamatkan Dira dari masa? Sepertinya Dira harus berterima kasih pada Erlan nanti.

"Kalau mata lo burem nggak bisa lihat jalan, periksain! Jangan cuma bacot doang!" kata Erlan tajam sebelum menarik Dira dari kerumunan mereka.

Meninggalkan mereka dengan ekspresi yang berbeda-beda. Terkejut, kaget, bengong, tak percaya, dan iri. Seperti Chalya.

_ _ _

"Hati-hati," kata Erlan datar dan singkat saat mereka sudah sampai ditaman belakang sekolah.

"Iya, maaf kak jadi ngerepotin lagi." ujar Dira menyahut. Cewek itu membersihkan roknya dari debu yang menempel.

"Lo itu terlalu ceroboh," komentar Erlan.

Dara merengut. "Ya jangan dijelasin gitu dong! Eh btw makasih kak, udah selalu bantuin gue selama ini."

Erlan menoleh, menatap Dira dengan pandangan berarti. Dalam, membuat atmosfer disekitar mereka jadi panas. Juga dengan pipi Dira yang sudah panas.

"Eeh mau ngapain si kak?" tanya Dira was-was saat Erlan maju memperkikis jarak diantara mereka.

Erlan tersenyum miring. Dengan berani tanganya ia gunakan untuk menyelipkan sejumput rambut Dira kebelakang telinga. "Pipinya merah lagi? Baper gue lihatin?" bisik Erlan tepat ditelinga Dira.

Dan itu membuat Dira, malu semalu malunya.

_ _ _

Vote dan komenya ya

Salam sayang

SENIOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang