Yang nungguuu?!!***
Matanya berair, wajahnya terlihat sembab dengan hidung yang memerah. Dira hanya diam menetralkan nafasnya yang tersengal. Menangis sejadi-jadinya, Dira merasakan kepalanya pusing kali ini. Seperti biasa, hanya adu mulut dengan Mamanya. Kesalahan sekecil apapun darinya pasti menjadi masalah. Dira lelah, tapi dia juga tak bisa membenci Mamanya begitu saja.
Hampir saja memejamkan matanya untuk tidur, bunyi suara ketukan yang terdengar keras membuat Dira melotot. Ini bukan berasal dari pintu rumahnya, dengan jarak yang jauh Dira bahkan bisa mendengarnya jelas.
Tok! Tok tok!!
"Maling? Anjir, gue ngenes banget. Dimarahin, masa iya mau dimaling?" gumam Dira heboh. Cewek itu bangkit dari kasurnya, menatap pintu balkon kamarnya was-was.
"Sttt.. stt."
Dira diam, menatap pintu balkon dengan perasaan campur aduk. Jadi ini maling apa setan? Dengan gemetar Dira meraih sapu yang tersedia dipojok ruangan. Berjalan hati-hati kearah balkon.
"Siapa?" teriak Dira. Gadis itu merutuki mulutnya yang malah berteriak. Tak ada jawaban membuat Dira lebih takut, tanganya gemetar membuka pintu. Dira memejamkan mata sambil mengangkat sapu miliknya.
"HIYA!! MALINGGG!!!!"
Duk!!
Bugh!!
"Argh! Ini guee!!"
Bugh!
"DIRA!!"
Mata Dira mengerjap, menatap orang yang berteriak didepanya. Membulat kaget, Dira buru-buru masuk menutup pintu balkon miliknya sebelum tangan Erlan menahanya. Ya, dia Erlan. Dira kira ucapan cowok itu tadi siang hanyalah bualan, tapi tak tau jika Erlan benar-benar kesini sekarang.
"Buka!" titah Erlan.
"Gak."
"Diraa.."
"Apasih?! Lagian ngapain juga kaya maling!" balas Dira ketus. Jangan harap kecupan dari Erlan tadi siang mampu meluluhkan Dira, walau Dira akui dia baper, tapi gadis itu masih takut terkena tipuan ucapan Erlan lagi.
"Lo kenapa?" tanya Erlan. Cowok itu membuka pintu yang masih ditahan Dira dengan satu tarikan kuat, mendekat kearah Dira yang menatap sebal padanya kini.
"Apanya?!"
"Kenapa nangis?" tanya Erlan pelan, mengusap air mata yang masih tercetak dipipi Dira. Dira malah menepisnya pelan.
"Pulang ah!!" teriak Dira tak peduli, mendorong tubuh Erlan keras.
Erlan tersenyum miring, mendorong Dira untuk masuk ke kamarnya lalu diikuti Erlan sendiri. Cowok itu menutup pintu balkon Dira membuat Dira melotot tajam.
"KAK!!" teriak Dira. Mengangkat sapu yang masih dipegangnya kearah Erlan. "Gak baik. Laki-laki perempuan satu kamar. Bukan muhrim," ujar Dira menjelaskan.
Takut melihat wajah datar Erlan. "Kak! Pulang sana ah!!" teriak Dira kesal, hampir menangis lagi karena takut Erlan akan macam-macam atau nanti mereka yang kepergok.
"Gue udah janji bakal dateng kan?" ujar Erlan singkat. Berdiri tegap menyenderkan tubuhnya ke tembok. Baju putih tang dilapisi jaket hitam cowok itu membuat Erlan tampak tampan dengan pakaian santainya. Juga jam tangan hitam yang melingkar di tangan Erlan.
"Kenapa nggak pulang sekolah?! Ini udah malem, mending lo pulang elah!!" usir Dira terang-terangan.
"Ngarep juga ternyata, gak sia-sia gue manjat pohon," Erlan tersenyum miring, maju mendekati Dira yang sudah membuat pertahanan dengan sapunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR LOVE
Teen FictionErlan Anggara, ketua osis di SMA nya sendiri, SMA Cakrawala. Dingin, bermulut pedas, itu yang mereka kenal dari Erlan. Satu lagi, tampan. Semua wanita yang melihatnya akan tergila-gila, tapi tak ada berani yang mendekatinya. Erlan tak bisa tersentuh...