Jam berapa baca?
Tandai jika ada typo ya!
****
"Halloo.. Kak Erlaan?!"
Mata Dira lantas terbuka mendengar suara perempuan. Gadis itu menatap siapa yang menelfon Erlan. Nama Aurel terpampang jelas membuat Dira diam sesaat. Tak lama, senyum langsung muncul di wajah Dira.
"Hallo?" Jawab Dira santai.
"Hallo? Kak Erlan? Kak?" Aurel tampak panik kala suara perempuan menyambut saat dia menelfon Erlan.
"Kak Erlan? Ah dia lagi di kamar mandi. Mau pesen apa? Nanti gue sampaikan," ujar Dira. Gadis itu melirik ke arah koridor takut-takut jika Erlan muncul.
Entah kenapa, rasa sebal Dira muncul dipermukaan saat melihat Aurel menelfon. Setelah itu, Dira mengakui bahwa muncul juga rasa ingin menunjukkan pada Aurel bahwa dia lebih mendominasi tentang hubungan percintaannya. Antara Erlan dengan dirinya, bahwa Erlan masih selalu bersamanya.
Seperti itu mungkin?
Karena sampai mulut Dira berbusa mengatakan bahwa dia tak ingin berurusan dengan Erlan, melupakan seseorang adalah hal yang sulit. Apalagi seseorang yang terus muncul dihadapan kita memberi secara harapan harapan baru lagi.
"Dira? Lo ngapain sih? Kak Erlan mana hah?!"
Dira diam, gadis itu berfikir. Apakah dia salah soal ini? Tentu itu kesalahan besar karena termasuk privasi. Namun, hati Dira seolah menyuruh gadis itu untuk terus-terusan memikirkan Erlan dan mencampuri urusan Erlan sebagaimana cowok itu selalu mengusik hidupnya.
"Ah, lo bisa telfon lagi nanti," ujar Dira lalu mematikan telfon secara sepihak. Gadis itu melempar ponsel Erlan ke kursi dengan cepat.
Dira menghembuskan nafasnya panjang. Tak percaya. "Gue gila ya?" gumam Dira. Gadis itu mengusap wajahnya kesal. Panik, Dira menoleh sepanjang arah takut-takut Erlan datang dan melihat.
"Duh, kalau dia lihat terus sembunyi gimana anjir," ujar Dira sambil menggigiti kukunya gelisah.
"Kenapa?"
"HAH!"
Suara Erlan langsung membuat Dira terlonjak kaget, gadis itu memegang dadanya yang berdentum semakin keras dan cepat. Dira hanya menggeleng sambil menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang memerah antara malu dan takut.
"Lo kenapa?" Tanya Erlan bingung.
Dira mendongak, memperlihatkan cengirannya ke Erlan. Melihat Erlan, wajah cowok itu tampak segar, rambut yang sedikit dibasahi juga.
Erlan hanya melengos melihat tingkah aneh Dira. Cowok itu mengambil ponselnya. Tampak mengecek satu persatu membuat Dira menakutkan tanganya gelisah.
Oke, jika Erlan marah dia hanya cukup minta maaf tak perlu membela diri.
"Aurel—"
Dira menunduk kala Erlan mulai berbicara.
"Ayo pulang." Erlan mengantongi ponselnya, cowok itu menyambar tas yang berada di kursi. Hal itu membuat Dira langsung mendongak dengan tatapan bingung.
Erlan pasti sudah lihat kalau Aurel menelfon, tapi kenapa dia tak membahasnya?
Melihat Erlan yang sudah berjalan menenteng tasnya, Dira buru-buru mengambil tas dan mengikuti Erlan. Gadis itu berjalan dibelakang Erlan sambil memikirkan semuanya untuk ini.
Tentang Dendra, Mamanya, dan rencana yang Erlan katakan untuk Yara.
****
Sorak riuh melengkapi keramaian pagi ini di area sekolah. Dira memakai baju seragam resmi sekolah yang dilengkapi dengan rompi berwarna merah, sama dengan siswa siswi lain di acara hari ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR LOVE
Teen FictionErlan Anggara, ketua osis di SMA nya sendiri, SMA Cakrawala. Dingin, bermulut pedas, itu yang mereka kenal dari Erlan. Satu lagi, tampan. Semua wanita yang melihatnya akan tergila-gila, tapi tak ada berani yang mendekatinya. Erlan tak bisa tersentuh...