lama banget nggak ketemu ya, happy reading all!!
tandai typo ya
****
Aurel tak tau apa tujuan Allard memanggilnya hingga menyuruhnya mengikuti laki-laki itu, yang lebih tua bahkan masih bungkam saat langkah mereka sudah sampai ke di pinggir lapangan basket. "Kak kenapa?" tanyanya mencoba lebih dahulu membuka suara.
Allard menghentikan langakahnya sembari menatap Aurel tajam. Alisnya mengkerut tak suka membuat Aurel semakin yakin bahwa dia pasti akan dimarahi karena keributan pagi ini. Entah kenapa jantungnya berdebar membayangkan Allard akan memarahinya habis-habisan dipinggir lapangan basket ini.
"Gak jadi."
Oh? Aurel menaikkan alisnya bingung dengan jawaban itu. Sedetik kemudian dia berdehem, memangnya kenapa sang kakak harus mengurusi keributan yang dia lakukan. Sangat tidak Allard sekali.
"Oke?" jawab gadis itu ragu-ragu. "Gue ke kelas kalau gitu."
Allard masih belum mengalihkan tatapannya membuat Aurel bimbang untuk pergi. "Kak?"
"Gak usah cari masalah."
Suara rendah Allard itu buat Aurel bungkam dan mengurungkan niatnya untuk pergi. "Gue enggak? Mereka yang cari masalah duluan," ujar Aurel membela diri.
"Reputasi lo disini itu udah anjlok, mau mereka yang cari masalah duluan kalau lo ladenin yang ada malah lo yang digoreng nantinya." Allard berujar dengan nada malas. "Lagian yang diucapin mereka bener kan?"
Aurel mendadak menatap Allard tak suka mendengar hal itu. "Lalu kenapa? Mau itu bener atau enggak emangnya bagus ngomongin orang kaya gitu? Bahkan mereka juga sangkut pautin banyak hal ke elo. Kenapa sih? Yang penting gue gak cari masalah lagi ke Dira kan?!"
Gadis itu melengos. "Lo malu ya disangkut pautin kaya gitu? Gue pikir sifat lo itu udah mulai lunak ya setelah akhir-akhir ini kita baik-baik aja, ternyata sama aja." Aurel yakin bahwa Allard tersinggung dengan ucapannya, hal itu bisa dia lihat dari wajah tak suka Allard yang ketara.
"Lo itu gak paham juga ya? Gue cuma-" Allard menahan ucapannya. Cowok itu menghela nafas pelan sebelum kembali berbicara. "Lo bahkan belum minta maaf ke Dira kan?" ujar Allard menyudutkan.
Kalimat itu mampu membungkam Aurel sepenuhnya. Tak ada jawaban hingga rasanya Allard ingin cepat-cepat pergi dari sini. Laki-laki itu menghitung dalam hati bersumpah jika dalam hitungan ketiga Aurel tak membuka suara untuk menjawabnya, dia akan benar-benar pergi.
Satu..
Duaa..
"Lo nggak pernah tanya apakah Kak Erlan pernah minta maaf sama gue atau enggak?"
Allard mengernyit mendengar ucapan itu. "Buat apa?" Hening sesaat. "Buat perasaan lo?"
Tak ada jawaban dari Aurel membuat Allard yakin dengan tebakannya. "Rel," tatapan Allard tertuju langsung untuk menatap mata Aurel. "Gue pernah bilang, gak ada gunanya lo suka sama Erlan."
"Karena perasaan lo itu bukan tanggung jawab dia sama sekali."
****
"Gimana?"
"Bisa nggak sih Sei gue diajarinnya tuh sama lo aja gitu," keluh Dira pada sang sahabat.
Seina yang mendengarnya memutar bola mata malas. "Kenapa emangnya, bukannya lo udah akur sama dia?"
Dira berdecak, kemudian mengangguk ditengah rasa frustasinya yang terlihat dimaata Seina. "Ya karena itu?" balas Dira.
"Ya iya karena itu kenapa? Bagus dong yang ngajarin itu orang yang udah lo kenal banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR LOVE
Teen FictionErlan Anggara, ketua osis di SMA nya sendiri, SMA Cakrawala. Dingin, bermulut pedas, itu yang mereka kenal dari Erlan. Satu lagi, tampan. Semua wanita yang melihatnya akan tergila-gila, tapi tak ada berani yang mendekatinya. Erlan tak bisa tersentuh...