Berdamai dengan diri sendiri maksudnya wkwkwAurel sekelas sama Seina. Bukan sama Dira. Jd mereka beda kelasss yaa!
****
Suara air mengalir memenuhi ruangan. Laki-laki itu menatap ponsel yang berada dipinggiran wastafel. Mengernyit heran, itu bukan ponselnya. Mungkin ponsel orang lain yang tertinggal.
Entah apa yang ada dipikiranya, laki-laki itu mengambil ponsel. Menyalakanya. Untung demi untung, tak disandi atau dikunci dengan ribet. Tujuanya langsung membuka galeri, mengamati satu-persatu gambar atau vidio yang ada disana.
Erlan tersenyum sinis menatap potongan vidio Dira dan Aurel terdapat diponsel. Yang ada dipikiran Erlan hanya satu, pemilik ponsel ini adalah orang yang menyebar vidio lewat akun palsu kemarin. Apalagi melihat ada vidio panjang rekaman jejak pertengkaran Aurel dan Dira dari awal. Dia mungkin sengaja memotong bagianya.
Cowok itu berdecak, mematikan ponsel. Membawanya. Erlan masuk ke salah satu bilik kamar mandi, tak menutup rapat kuncinya.
Tak lama suara langkah orang yang berlari terdengar, mata Erlan menajam mengamati gadis itu dari awal sampai akhir. Terlihat kebingungan mencari ponselnya di area wastafel.
"Ponsel?"
"Hp gue manaa?!" Pekik gadis itu panik.
Erlan memundurkan langkahnya kala gadis tadi mencari-cari didaerah kamar mandi. Butuh beberapa menit Erlan menahan posisinya sampai suara derap kaki orang menjauhi kamar mandi mulai terdengar.
Cowok itu tersenyum miring, mengantongi ponsel yang didapatnya dengan santai. Nyatanya, Erlan belum melakukan apa-apa untuk mencari orang yang menjatuhkan Dira. Tapi takdir bergerak dengan sendirinya. Bahkan lebih cepat.
*****
Siapa yang nyebarin vidio kaya gitu? Jika ada yang memvidio mereka, harusnya paham pertengkaran Dira dan Aurel dari awal sampai akhir. Bukan hanya memposting vidio bagian Dira menampar Aurel saja. Itu sama saja membuat nama Dira buruk kan?
Dira meremas kertas ulangan yang ada ditanganya. Nilainya buruk total, dia dipermainkan dikelas.
"Agrh sialan," unpat Dira menelungkupkan wajahnya dimeja perpustakaan. Hanya ada beberapa orang diperpustakaan, tak serame itu.
Nafas Dira terengah, merasa kesal. Dia mencoba menahan untuk tidak menangis terus-terusan hari ini. Dira sudah cukup malu dengan kasusnya. Dia tak mau mempermalukan dirinya lagi dengan mencari pembelaan didepan semua orang.
"Lo gak papa kan?"
Gadis itu menoleh, mendapati Chalya yang menatap khawatir kearahnya. Chalya menyodorkan air minum untuk Dira.
"Lo?" gumam Dira bingung. Dia kira Chalya membencinya karena kejadian dirumah sakit itu. Dira diam menerima air minum dari Chalya. Gadis itu tak berbicara apapun lagi takut Chalya tersinggung. Dendra adalah Kakak Chalya juga, tentu rasanya sakit jika melihat kondisi kakaknya makin buruk.
"Gue gak tau harus apa, sorry," ujar Chalya meminta maaf. "Daripada diem disini mending lo bantu-bantu hias panggung buat acara besok."
"Maksud lo?" ucap Dira bertanya, nadanya terkesan sinis. Bagaimana Chalya bisa memberinya ide seperti itu jelas-jelas Dira sedang dibenci banyak orang kini.
Chalya berdecak. "Semuanya ikut andil, seenggaknya lo tampil didepan banyak orang. Gak usah ngumpet mulu."
"Ayo!" titah Chalya menunjuk pintu mengisyaratkan untuk keluar.
"Gak, apa-apaan sih? Lo nyuruh gue biar gue dihujat. Gitu?!" Mood Dira sangat buruk sekarang, berani membentak tentang hal yang sensitif untuknya.
"Mending cepetan, atau Erlan yang turun tangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR LOVE
Teen FictionErlan Anggara, ketua osis di SMA nya sendiri, SMA Cakrawala. Dingin, bermulut pedas, itu yang mereka kenal dari Erlan. Satu lagi, tampan. Semua wanita yang melihatnya akan tergila-gila, tapi tak ada berani yang mendekatinya. Erlan tak bisa tersentuh...