Tandai typo
Happy Reading!
****
Sejujurnya setelah pembicaraannya dengan Dira didepan rumah sakit itu, Erlan tak cukup tenang. Ini bukan berarti kata penenang hingga pengertian yang dia dapatkan dari Dira percuma, tidak. Namun ada banyak hal yang Erlan pikirkan untuk keduanya hingga perasaanya menjadi campur aduk seperti sekarang.
Saat pertama kali dia bertemu dengan Aurel, mungkin anggapannya pada Aurel hanyalah seperti sosok adik malang yang dijauhi oleh kakaknya. Erlan dan Allard selalu bersama sejak kecil, sejak mereka hanya bermain mobil-mobilan berdua, ataupun sejak sosok Aurel datang diantara mereka.
Bagi anak kecil, sangat mudah untuk terhasut teman mereka. Begitu pula dengan Erlan kecil yang sempat ingin menjauhi Aurel karena Allard. Dulu, dia selalu berfikir bahwa kesedihan dan kesepian yang dibawa Allard itu karena Aurel yang mengambilnya. Gadis itu yang merebutnya. Selalu seperti itu.
Saat beranjak besar, Erlan mulai berani bersikap netral terhadap keduanya. Dialah yang selalu menjadi penengah antara kedua saudara itu. Dan pandangan buruknya terhadap Aurel sirna setelahnya. Erlan tak segan menegur Allard jika laki-laki itu kelewatan atau sebaliknya, dia juga akan memperingati Aurel jika gadis itu bertindak buruk. Hal itu selalu terjadi hingga Aurel ikut dengan bibinya ke London waktu kelas 2 SMP.
Mereka masih saling menghubungi beberapa kali. Selain karena mereka cukup dekat untuk bercengkrama satu sama lain, Aurel memiliki hubungan yang sangat baik dengan bundanya.
Sayangnya hubungan keduanya mulai menjadi sedikit berlebihan saat Ayah Allard datang kepadanya menawarkan beberapa pilihan. Sebuah keharusan menjaga Aurel menjadi janji tak tertulis antara dia dan Bagas dengan iming-iming penjelasan mengenai keluarganya.
Terdengar konyol mungkin. Untuk apa Erlan mencari tau penyebab kedua orangtuanya bercerai? Alasan terbesarnya mungkin hanyalah karena keduanya sudah tidak cocok lagi. Erlan memikirkan hal itu sebelum dia memergoki Ayah dan Bundanya masih berbincang akrab dan hangat saat sang ayah mengunjunginya.
Untuk apa? Pertanyaan itu selalu terbesit pada Erlan. Ayahnya kemungkinan besar berselingkuh dan untuk apa mereka masih berhubungan baik? Erlan benci saat Bundanya menjawab dengan nada bercanda dan menyangkalnya kala itu.
Semuanya menjadi mudah saat Erlan hanya perlu menjaga Aurel dibelakangnya, menjadi tameng untuk Aurel, dan benar-benar memperhatikan gadis itu dari segala emosi Allard.
Tapi seperti banyak orang bilang, jatuh cinta itu rumit. Namun perasaan itu selalu datang tanpa dapat diperkirakan, entah bagaimana harus menyangkalnya. Erlan sadar semua kondisi rumit ini berawal dari ketertarikannya untuk Dira. Dalam artian, cowok itu mungkin akan lebih memprioritaskan Dira untuk banyak waktu. Dan kemudian, semua jauh lebih rumit dan kacau saat Aurel memiliki salah arti terhadap sikapnya.
"Anjing lu beneran habis ditolak Dira ya."
Itu suara Lintang, Erlan memutar bola mata malas mendengarnya. "Nggak juga."
"Ah tai, gue kalau jadi Dira udah gue cut off lu dari awal! Jadi laki-laki gak gentle amat."
"Mana support lo sebagai teman?" Sinis Erlan. Cowok itu mengambil bantal sofa disampingnya dan dia lemparkan tepat ke wajah menyebalkan Lintang.
"Dia beneran gak ditolak?"
Masih belum percaya, Lintang bergerak mendekati Allard dan berbisik ditelinga cowok itu.
"Gue denger," balas Erlan malas.
"Au dah," cuek Allard. "Gue pulang duluan tadi sama Seina," lanjutnya membuat Lintang kembali mengeluh dengan jawaban itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR LOVE
Teen FictionErlan Anggara, ketua osis di SMA nya sendiri, SMA Cakrawala. Dingin, bermulut pedas, itu yang mereka kenal dari Erlan. Satu lagi, tampan. Semua wanita yang melihatnya akan tergila-gila, tapi tak ada berani yang mendekatinya. Erlan tak bisa tersentuh...