Jam berapa kalian baca ini? Maaf buat kalian yang selalu nunggu!
Tandai typo ya!
*****
Rayhan menyusuri koridor. Tatapan matanya masih tertuju pada ponsel yang menyala, cowok itu meneruskan kegiatannya untuk saling berbagi pesan dengan Seina. Walaupun banyak pesan yang memaki karena masalah ini, namun Seina menceritakan kronologis lengkapnya permasalahan Dira dan Yara setelah gadis itu sudah mendengarnya dari Dira pasti.
Mendengar lebih spesifik soal bagaimana Yara, Rayhan jadi merasa bersalah pada Dira karena sempat kesenangan saat tau bahwa Yara juga menyukainya. Itu bagus, soal perasaannya yang terbalas. Namun rusaknya hubungan persahabatan Dira dan Yara menjadi saksi bagaimana imbas dari hal ini.
Rayhan selalu kembali berusaha menepis perasaannya pada Yara.
Indra pendengaran Rayhan terus menangkap musik keras dari arah lapangan utama. Langkahnya berhenti didepan loker, tepat diujung sana terdapat Yara yang sedang mengambil sesuatu dari loker. Dari penampilannya yang sudah memakai tas dan menenteng jaket, sepertinya gadis itu hendak pulang.
"Lo mau kemana?" tanya Rayhan sontak mengagetkan Yara.
Mata Yara memerah, tampak sembab. Gadis itu menatap datar Rayhan. "Minggir," ujarnya. Rasanya pasti sangat malu saat perbuatannya diketahui langsung oleh orang yang dia sukai.
"Lo mau pulang?" tanya Rayhan selidik.
"Kenapa emang?" ujar Yara bertanya balik. "Lo gak usah sok pura-pura polos deh, lo bahkan udah tau kenapa gue lakuin itu ke Dira," sentak Yara keras.
Rayhan diam dengan ucapan itu. "Emang, apa masalah? Soalnya kuping gue juga gak budek." ujar Rayhan.
"Lo tau Ray!" Mata Yara kembali berkaca-kaca mendengar balasan Rayhan yang terkesan menyepelekan hal itu. Setidaknya Yara harap dia mendapat balasan baik dari Rayhan untuk itu. Hal saat perasaan Yara terungkap dan dengan sengaja melakukan itu hanya karena cemburu.
"Gue tau. Terus gue harus gimana? Nganggep lo sama sekali gak bersalah? Sekalipun gue juga suka sama lo, tindakan lo gak ada yang bisa dibenerin." Caci Rayhan. Cowok itu mengusap wajahnya kasar, mengamati sekeliling takut jika banyak orang yang akan mendengar. Jika itu terjadi maka akan muncul masalah baru lagi untuk Dira ataupun untuknya sendiri.
Yara mengeratkan peganganya ke jaket, gadis itu menunduk dalam sebelum tangisan lirihnya mulai pecah.
"Lo bahkan tau, kita selalu bareng setiap saat. Lo punya banyak waktu untuk ngomongin masalah lo ke gue, bukan malah bikin masalah gede kaya gini."
"Gak semudah yang lo omongin!" sentak Yara keras.
Rayhan menghela nafas. Jantungnya berdetak lebih kencang. "Gue minta maaf soal apapun yang mungkin bikin lo gak nyaman. Bener, gak semudah yang gue omongin. Karena nyatanya ngungkapin sesuatu itu sulit. Gue selalu butuh waktu untuk itu. Tapi gue gak bisa benerin tindakan lo kali ini Yar," ujar Rayhan, nadanya berubah rendah berusaha berbicara dengan baik. Nyatanya dia juga dalang permasalahan disini.
"Hubungan persahabatan lo sama Dira jadi rusak, semuanya. Gue pikir itu susah buat balik lagi."
"Sampai saat ini gue selalu hargai perasaan suka lo ke gue," tangan Rayhan mengepal. Jika Tak timbul masalah juga dapat dipastikan Rayhan menerima itu dengan senang hati.
"Sejujurnya, gue juga bukan cowok baik-baik saat ngomong hal ini. Tapi harusnya lo bisa selesaiin masalah lo, soal Dira, atau sifat lo yang gegabah, soal masalah ini, lo salah. Gue gak bisa nerima perasaan lo itu. Lo tau apa alasanya."
Yara mendongak, air mata membasahi pipinya. "Gue selalu nyesel saat terlalu berharap sama lo," gumam Yara. Gadis itu mengusap pipinya.
"Lo salah," ujar Rayhan
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR LOVE
Teen FictionErlan Anggara, ketua osis di SMA nya sendiri, SMA Cakrawala. Dingin, bermulut pedas, itu yang mereka kenal dari Erlan. Satu lagi, tampan. Semua wanita yang melihatnya akan tergila-gila, tapi tak ada berani yang mendekatinya. Erlan tak bisa tersentuh...